ANKARA
- Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
mengecam langkah Amerika Serikat (AS) terhadap Yerusalem. Menurut
keduanya, kebijakan mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel telah
membuat kacau Timur Tengah dan menghapus prospek perdamaian
Israel-Palestina.
Keduanya pun memperingatkan AS bahwa pengakuan atas kota tersebut sebagai Ibu Kota Israel berisiko meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.
"Rusia berasumsi bahwa setiap kesepakatan damai harus dibangun berdasarkan keputusan sebelumnya di bawah PBB. Rincian spesifik mengenai status Yerusalem adalah subyek untuk pembicaraan langsung antara Palestina dan Israel," kata Presiden Putin seperti disitir dari Euronews, Selasa (12/12/2017).
Presiden Erdogan juga mengecam Israel atas kematian warga Palestina baru-baru ini.
"Israel melihat perkembangan terakhir sebagai kesempatan untuk meningkatkan tekanan dan kekerasan terhadap orang-orang Palestina. Tidak mungkin bagi siapa pun yang memiliki hati nurani, moral, atau prinsip untuk mengabaikan pembunuhan ini," kecam Erdogan.
Kunjungan Putin ke Suriah dan Mesir menyoroti hubungan Rusia yang meluas dengan pemain kunci di Timur Tengah.
Pertemuan antara kedua pemimpin tersebut merupakan yang ketiga dalam satu bulan dan kedelapan tahun ini. Diskusi juga mencakup perkembangan di Suriah, memperkuat hubungan ekonomi dan pembelian sistem pertahanan rudal buatan Rusia yang mengganggu NATO.
Pembelian sistem rudal S-400 harus selesai pada akhir minggu ini. Turki telah melakukan negosiasi dengan Rusia untuk membeli sistem tersebut lebih dari setahun. Washington dan beberapa sekutunya di NATO melihat keputusan tersebut sebagai sebuah penghinaan karena senjata tersebut tidak dapat diintegrasikan ke dalam pertahanan aliansi.
Keduanya pun memperingatkan AS bahwa pengakuan atas kota tersebut sebagai Ibu Kota Israel berisiko meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.
"Rusia berasumsi bahwa setiap kesepakatan damai harus dibangun berdasarkan keputusan sebelumnya di bawah PBB. Rincian spesifik mengenai status Yerusalem adalah subyek untuk pembicaraan langsung antara Palestina dan Israel," kata Presiden Putin seperti disitir dari Euronews, Selasa (12/12/2017).
Presiden Erdogan juga mengecam Israel atas kematian warga Palestina baru-baru ini.
"Israel melihat perkembangan terakhir sebagai kesempatan untuk meningkatkan tekanan dan kekerasan terhadap orang-orang Palestina. Tidak mungkin bagi siapa pun yang memiliki hati nurani, moral, atau prinsip untuk mengabaikan pembunuhan ini," kecam Erdogan.
Kunjungan Putin ke Suriah dan Mesir menyoroti hubungan Rusia yang meluas dengan pemain kunci di Timur Tengah.
Pertemuan antara kedua pemimpin tersebut merupakan yang ketiga dalam satu bulan dan kedelapan tahun ini. Diskusi juga mencakup perkembangan di Suriah, memperkuat hubungan ekonomi dan pembelian sistem pertahanan rudal buatan Rusia yang mengganggu NATO.
Pembelian sistem rudal S-400 harus selesai pada akhir minggu ini. Turki telah melakukan negosiasi dengan Rusia untuk membeli sistem tersebut lebih dari setahun. Washington dan beberapa sekutunya di NATO melihat keputusan tersebut sebagai sebuah penghinaan karena senjata tersebut tidak dapat diintegrasikan ke dalam pertahanan aliansi.
Credit sindonews.com
Hizbullah: Pengakuan AS Atas Yerusalem Akhir dari Israel
BEIRUT
- Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengecam keputusan Presiden
Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu
Kota Israel. Ia pun menyatakan bahwa keputusan Trump tersebut akan
menjadi awal dari berakhirnya Israel.
Nasrallah mengatakan bahwa tanggapan terbaik terhadap keputusan AS di Yerusalem adalah melakukan kembali intifadah.
"Tanggapan yang paling penting adalah mengumumkan intifadah Palestina ketiga di semua wilayah Palestina yang diduduki, dan sesungguhnya menjadi kewajiban dunia Arab dan Islam untuk berdiri di sisi Palestina," kata Nasrallah seperti disitir dari Xinhua, Selasa (12/12/2017).
"Kami tidak akan membiarkan keputusan ini menjadi akhir dari Palestina dan Yerusalem. Dengan segala keyakinan dan kepastian, saya meyakinkan Anda bahwa keputusan Trump akan menjadi awal dari akhir entitas pendudukan ini yang disebut Israel," tegasnya.
Puluhan ribu massa berkumpul di pinggiran selatan Beirut mulai Senin petang, berbaris dan bernyanyi dalam solidaritas untuk orang-orang Palestina dan menolak keputusan Trump.
Aksi tersebut terjadi setelah Nasrallah meminta untuk melakukan demonstrasi dalam sebuah pidato pada hari Kamis lalu.
Pada pertengahan minggu lalu, Trump mengumumkan pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan mengungkapkan niatnya untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Nasrallah mengatakan bahwa tanggapan terbaik terhadap keputusan AS di Yerusalem adalah melakukan kembali intifadah.
"Tanggapan yang paling penting adalah mengumumkan intifadah Palestina ketiga di semua wilayah Palestina yang diduduki, dan sesungguhnya menjadi kewajiban dunia Arab dan Islam untuk berdiri di sisi Palestina," kata Nasrallah seperti disitir dari Xinhua, Selasa (12/12/2017).
"Kami tidak akan membiarkan keputusan ini menjadi akhir dari Palestina dan Yerusalem. Dengan segala keyakinan dan kepastian, saya meyakinkan Anda bahwa keputusan Trump akan menjadi awal dari akhir entitas pendudukan ini yang disebut Israel," tegasnya.
Puluhan ribu massa berkumpul di pinggiran selatan Beirut mulai Senin petang, berbaris dan bernyanyi dalam solidaritas untuk orang-orang Palestina dan menolak keputusan Trump.
Aksi tersebut terjadi setelah Nasrallah meminta untuk melakukan demonstrasi dalam sebuah pidato pada hari Kamis lalu.
Pada pertengahan minggu lalu, Trump mengumumkan pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan mengungkapkan niatnya untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Credit sindonews.com