Selasa, 12 Desember 2017

AS Gencar Mata-matai Produksi Senjata Biologis Korut


AS Gencar Mata-matai Produksi Senjata Biologis Korut
Rudal Balistik Korut Berhasil Melintasi Jepang            


CB – Seorang pejabat Amerika Serikat memperingatkan bahwa Korea Utara saat ini tengah mengembangkan senjata biologis yang bakal menimbulkan ancaman di tengah meningkatnya ketegangan di semenanjung Korea.
Selain itu, para pengamat meyakini, rezim Kim Jong-un tersebut saat ini gencar mengembangkan peralatan mesin yang bisa digunakan untuk senjata biologis dari pabrik yang dapat menghasilkan mikroba dengan ukuran ton.
Meskipun saat ini belum ada bukti bahwa Kim Jong-un telah memerintahkan pembuatan atau produksi senjata yang sebenarnya, dikhawatirkan militer AS dan Korea Selatan dapat menjadi target senjata biologis pada saat perang.
"Bahwa Korea Utara memiliki agen senjata biologis dengan berbagai cara. Pertanyaannya adalah, mengapa mereka memproduksi materi dan mengembangkan sains tapi belum menghasilkan senjata," kata seorang pejabat senior AS yang tak disebutkan namanya seperti dikutip Telegraph, Selasa, 12 Desember 2017.
Namun, pejabat tersebut mengakui bahwa mata-mata belum bisa segera mengetahui dengan rinci dugaan Korut memproduksi senjata biologis tersebut. Korut diketahui kerap mengklaim bahwa pabrik-pabrik baru mereka hanyalah untuk memproduksi produk pertanian dan farmasi dan bukan senjata.

Badan intelijen AS dan Korea Selatan selama ini meyakini bahwa Pyongyang telah bereksperimen dengan bakteri termasuk mikroba yang bisa menyebabkan penyakit seperti antraks, kolera, dan wabah. Analis juga menduga bahwa Korea Utara telah memiliki virus cacar sejak pertengahan 1990-an.


Credit  viva.co.id


AS Cemas Korut Kembangkan Senjata Kimia


AS Cemas Korut Kembangkan Senjata Kimia
Foto/Ilustrasi/Sindonews/Ian


WASHINGTON - Pejabat Amerika Serikat (AS) memperingatkan meningkatnya ancaman terhadap senjata biologis yang diduga tengah dikembangkan oleh Korea Utara (Korut). Peringatan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan di Semananjung Korea.

Ilmuwan percaya bahwa rezim Pyonyang telah mantap untuk bergerak mendapatkan alat-alat penting yang bisa digunakan untuk membuat senjata kimia. Peralatan itu didapatkan dari pabrik yang mampu menghasilkan mikroba ber ton-ton. Para ilmuwan Korut juga mendapatkan pengetahuan khusus di luar negeri.

Meskipun saat ini tidak ada bukti bahwa diktator Kim Jong-un telah memerintahkan produksi senjata bio kimia, namun dikhawatirkan tentara darat AS dan Korea Selatan (Korsel) akan menjadi target senjata biologis jika terjadi perang.

"Bahwa orang-orang Korea Utara memiliki senjata [biologis] telah diketahui, dengan berbagai cara," kata seorang pejabat senior AS tanpa menyebut nama.

"Pertanyaan yang masih ada adalah, mengapa mereka memperoleh materi dan mengembangkan sains, tapi belum menghasilkan senjata?" imbuhnya seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (12/12/2017).

Namun ia mengakui bahwa agen mata-mata mungkin tidak mengetahuinya jika mereka melakukannya. Pasalnya, pembuatan senjata kimia tersebut bisa jadi dilakukan di dalam pabrik sipil yang diklaim membuat produk pertanian dan farmasi.

"Jika serang itu dimulai besok kita mungkin tidak mengetahuinya. Kecuali kita cukup beruntung memiliki informan yang kebetulan berada di tempat yang tepat," kata pejabat tersebut.

Badan intelijen AS dan Korsel percaya bahwa Pyongyang telah bereksperimen dengan strain bakteri termasuk mikroba yang menyebabkan antraks, kolera dan pes. Analis juga menduga bahwa Korut telah memiliki virus cacar sejak pertengahan 1990-an.

Meskipun fokus langsung masyarakat internasional adalah program nuklir negara itu, ancaman serangan biologis dari Korut dipandang cukup serius oleh Pentagon untuk memberikan vaksinasi kepada pasukan yang bertugas di Korea karena ditakutkan terkena antraks dan cacar.

Perencana militer menyimpulkan bahwa pemimpin Korut Kim Jong-un memilih untuk menahan senjata kimia untuk saat ini, namun dilaporkan telah membuat persiapan bagi pesawat AS dan Korsel untuk segera menyerang fasilitas kimia dan biologi yang dicurigai jika terjadi perang. 




Credit  sindonews.com