BEIJING
- Pihak militer China mengatakan angkatan udaranya telah melakukan
lebih banyak "patroli pengepungan pulau" di dekat Taiwan. Pernyataan ini
dikeluarkan setelah seorang diplomat senior China mengancam akan
menyerang pulau yang otonom itu jika ada kapal perang Amerika Serikat
(AS) yang melakukan kunjungan ke sana.
China menganggap Taiwan sebagai provinsi "bandel" dan tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawanya berada di bawah kendali Beijing.
Juru bicara Angkatan Udara China Shen Jinke mengatakan sejumlah jet tempur Cina, pesawat pembom dan pengawas melakukan patroli laut yang "rutin" dan "terencana" pada hari Senin untuk melindungi kedaulatan nasional dan integritas wilayah.
"Pembom H-6K, jet tempur Su-30 dan J-11, dan pesawat pengintai, waspada dan melakukan pengisian bahan bakar terbang di atas Selat Miyako di selatan Jepang dan kanal Bashi antara Taiwan dan Filipina untuk menguji kemampuan tempur sesungguhnya," kata Shen seperti dikutip dari Reuters, Selasa (12/12/2017).
Menteri Pertahanan Taiwan Feng Shih-kuan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah mengirim pesawat terbang dan kapal untuk memantau aktivitas militer China dan bahwa latihan tersebut tidak biasa dan orang-orang tidak perlu khawatir.
China telah melakukan banyak patroli serupa di dekat Taiwan tahun ini. Beijing beralasan bahwa praktik semacam itu telah dinormalisasi karena menekan program modernisasi militer yang mencakup pembangunan kapal induk dan jet siluman untuk memberikan kemampuan guna memproyeksikan kemampuan terbang jauh dari wilayahnya.
Beijing secara teratur menyebut Taiwan isu paling sensitif dan penting antara Beijing dan Washington. Taiwan dipersenjatai dengan baik, kebanyakan dengan persenjataan AS, namun telah menekan Washington untuk menjual peralatan berteknologi tinggi agar bisa mengimbangi China.
Pada bulan September, Kongres AS meloloskan Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional untuk tahun fiskal 2018, yang memberi wewenang kunjungan timbal balik oleh kapal angkatan laut antara Taiwan dan AS.
Hal itu mendorong seorang diplomat senior AS untuk mengatakan pekan lalu bahwa China akan menyerang Taiwan seketika setiap kapal angkatan laut AS mengunjungi Taiwan.
China mencurigai Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, yang memimpin Partai Progresif Demokratik yang condong mendorong kemerdekaan, ingin mengumumkan kemerdekaan formal pulau tersebut. Tsai mengatakan bahwa dia ingin mempertahankan perdamaian dengan China namun akan mempertahankan keamanan Taiwan.
China menganggap Taiwan sebagai provinsi "bandel" dan tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawanya berada di bawah kendali Beijing.
Juru bicara Angkatan Udara China Shen Jinke mengatakan sejumlah jet tempur Cina, pesawat pembom dan pengawas melakukan patroli laut yang "rutin" dan "terencana" pada hari Senin untuk melindungi kedaulatan nasional dan integritas wilayah.
"Pembom H-6K, jet tempur Su-30 dan J-11, dan pesawat pengintai, waspada dan melakukan pengisian bahan bakar terbang di atas Selat Miyako di selatan Jepang dan kanal Bashi antara Taiwan dan Filipina untuk menguji kemampuan tempur sesungguhnya," kata Shen seperti dikutip dari Reuters, Selasa (12/12/2017).
Menteri Pertahanan Taiwan Feng Shih-kuan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah mengirim pesawat terbang dan kapal untuk memantau aktivitas militer China dan bahwa latihan tersebut tidak biasa dan orang-orang tidak perlu khawatir.
China telah melakukan banyak patroli serupa di dekat Taiwan tahun ini. Beijing beralasan bahwa praktik semacam itu telah dinormalisasi karena menekan program modernisasi militer yang mencakup pembangunan kapal induk dan jet siluman untuk memberikan kemampuan guna memproyeksikan kemampuan terbang jauh dari wilayahnya.
Beijing secara teratur menyebut Taiwan isu paling sensitif dan penting antara Beijing dan Washington. Taiwan dipersenjatai dengan baik, kebanyakan dengan persenjataan AS, namun telah menekan Washington untuk menjual peralatan berteknologi tinggi agar bisa mengimbangi China.
Pada bulan September, Kongres AS meloloskan Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional untuk tahun fiskal 2018, yang memberi wewenang kunjungan timbal balik oleh kapal angkatan laut antara Taiwan dan AS.
Hal itu mendorong seorang diplomat senior AS untuk mengatakan pekan lalu bahwa China akan menyerang Taiwan seketika setiap kapal angkatan laut AS mengunjungi Taiwan.
China mencurigai Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, yang memimpin Partai Progresif Demokratik yang condong mendorong kemerdekaan, ingin mengumumkan kemerdekaan formal pulau tersebut. Tsai mengatakan bahwa dia ingin mempertahankan perdamaian dengan China namun akan mempertahankan keamanan Taiwan.
Credit sindonews.com