WASHINGTON - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah menyetujui penjualan paket sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) ke Arab Saudi. Harga penjualannya mencapai sekitar USD15 miliar atau Rp202,5 triliun.
“Penjualan yang diusulkan akan mendukung kebijakan luar negeri dan keamanan nasional Amerika Serikat dengan memperbaiki keamanan sebuah negara yang bersahabat dan tidak akan mengubah keseimbangan militer dasar di wilayah tersebut,” kata Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan Pentagon dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters, Sabtu (7/10/2017).
Kontraktor utama sistem senjata THAAD AS adalah Lockheed Martin Co (LMT.N) dan Raytheon Co (RTN.N).
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan, penjualan tersebut merupakan bagian dari megakesepakatan penjualan senjata senilai USD110 miliar dengan Arab Saudi yang diumumkan Presiden Trump ketika lawatan perdananya ke Riyadh pada bulan Mei lalu.
“Penjualan THAAD akan melanjutkan keamanan nasional dan kepentingan kebijakan luar negeri AS dan mendukung keamanan jangka panjang Arab Saudi dan kawasan Teluk dalam menghadapi ancaman regional, Iran dan lainnya,” kata pejabat tersebut yang berbicara dalam kondisi anonim.
Pengumuman dari Pentagon itu disampaikan hari Jumat waktu AS. Paket alat pertahanan yang dijual ini mencakup 44 peluncur, 360 rudal pencegat, 16 kelompok kontrol kebakaran dan komunikasi mobile dan tujuh radar.
”Kemampuan exo-atmospheric, hit-to-kill milik THAAD akan menambahkan lapis atas arsitektur pertahanan rudal berlapis Arab Saudi dan akan mendukung modernisasi Angkatan Udara Kerajaan Arab Saudi (RSADF),” imbuh Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan Pentagon.
Bruce Riedel, seorang kritikus ternama AS pernah mengatakan bahwa kesepakatan penjualan paket senjata senilai USD110 miliar itu sejatinya bukan hasil kerja Trump, tapi sudah terjadi di era Presiden Barack Obama.
Kritik Riedel ditulis di situs Brookings Institution. ”Itu berita palsu,” tulis Riedel terkait klaim pemerintah Trump yang berhasil mencapai kesepakatan dengan Saudi soal paket penjualan alat pertahanan AS.
”Tidak ada kesepakatan senilai USD110 miliar, melainkan ada banyak surat berharga atau niat, tapi bukan kontrak,” tulis Reidel, Direktur Brookings Intelligence Project. “Banyak yang menyatakan bahwa industri pertahanan menganggap Saudi akan tertarik pada suatu hari nanti.”
“Penjualan yang diusulkan akan mendukung kebijakan luar negeri dan keamanan nasional Amerika Serikat dengan memperbaiki keamanan sebuah negara yang bersahabat dan tidak akan mengubah keseimbangan militer dasar di wilayah tersebut,” kata Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan Pentagon dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters, Sabtu (7/10/2017).
Kontraktor utama sistem senjata THAAD AS adalah Lockheed Martin Co (LMT.N) dan Raytheon Co (RTN.N).
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan, penjualan tersebut merupakan bagian dari megakesepakatan penjualan senjata senilai USD110 miliar dengan Arab Saudi yang diumumkan Presiden Trump ketika lawatan perdananya ke Riyadh pada bulan Mei lalu.
“Penjualan THAAD akan melanjutkan keamanan nasional dan kepentingan kebijakan luar negeri AS dan mendukung keamanan jangka panjang Arab Saudi dan kawasan Teluk dalam menghadapi ancaman regional, Iran dan lainnya,” kata pejabat tersebut yang berbicara dalam kondisi anonim.
Pengumuman dari Pentagon itu disampaikan hari Jumat waktu AS. Paket alat pertahanan yang dijual ini mencakup 44 peluncur, 360 rudal pencegat, 16 kelompok kontrol kebakaran dan komunikasi mobile dan tujuh radar.
”Kemampuan exo-atmospheric, hit-to-kill milik THAAD akan menambahkan lapis atas arsitektur pertahanan rudal berlapis Arab Saudi dan akan mendukung modernisasi Angkatan Udara Kerajaan Arab Saudi (RSADF),” imbuh Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan Pentagon.
Bruce Riedel, seorang kritikus ternama AS pernah mengatakan bahwa kesepakatan penjualan paket senjata senilai USD110 miliar itu sejatinya bukan hasil kerja Trump, tapi sudah terjadi di era Presiden Barack Obama.
Kritik Riedel ditulis di situs Brookings Institution. ”Itu berita palsu,” tulis Riedel terkait klaim pemerintah Trump yang berhasil mencapai kesepakatan dengan Saudi soal paket penjualan alat pertahanan AS.
”Tidak ada kesepakatan senilai USD110 miliar, melainkan ada banyak surat berharga atau niat, tapi bukan kontrak,” tulis Reidel, Direktur Brookings Intelligence Project. “Banyak yang menyatakan bahwa industri pertahanan menganggap Saudi akan tertarik pada suatu hari nanti.”
Credit sindonews.com