Selasa, 10 Januari 2017

AS Tingkatkan Latihan Militer di Eropa


 
AS Tingkatkan Latihan Militer di Eropa Usai kesimpulan intelijen AS soal peretasan Rusia dalam pemilu, AS perkuat latihan militernya di kawasan Eropa guna membendung agresi militer Moskow. (Reuters/Ints Kalnins)
 
Jakarta, CB -- Amerika Serikat akan meningkatkan latihan militer di kawasan Eropa guna membendung agresi militer dari Rusia. Salah satunya dengan mengerahkan sejumlah truk, tank, dan peralatan militer lain di Jerman sebagai penguatan pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di timur Eropa.

"Kami meningkatkan cakupan dan kompleksitas latihan militer yang berfokus pada interoperabilitas bersama, pertahanan rudal, dan operasi tanggap krisis," ujar Letnan Angkatan Udara AS Jenderal Tim Ray, wakil komandan dari komando militer AS di Eropa seperti dikutip Reuters, Minggu (8/1).

Ray menegaskan, hampir 70 ribu pasukan militer AS berada di Eropa. Mereka dilatih untuk beradaptasi secara cepat guna menghadapi tantangan strategis di kawasan seperti operasi militer Rusia di Ukraina, gelombang imigran dari Suriah, dan khususnya radikalisme.

Militer AS dan NATO memang tengah gencar-gencarnya meningkatkan kemampuan merespons ancaman secara cepat dengan menyiagakan sejumlah peralatan tempur di seluruh Eropa.

"[Pengerahan militer] adalah salah satu upaya kami menghalangi agresi Rusia dengan menjamin integritas teritori wilayah sekutu kami dan mempertahankan keutuhan dan perdamaian di wilayah Eropa," tutur Ray.

Sejumlah tank dan truk militer yang datang, menurut dia, hanya bagian kecil dari peningkatkan kompleksitas militer Eropa yang juga mencakup peningkatan pertahanan siber, udara, dan laut. Militer AS dan Polandia juga tengah bersiap menggelar latihan militer besar-besaran pada akhir Januari mendatang.

Latihan militer tahun ini juga disebut akan berfokus kepada integrasi komponen-komponen militer yang ada, tidak lagi mengandalkan superioritas salah satu armada seperti angkatan udara yang selama ini kerap mereka lakukan.

Upaya peningkatan militer AS dan NATO ini muncul menyusul temuan intelijen AS yang menunjukkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan peretasan untuk memengaruhi hasil pemilihan umum demi memenangkan Donald Trump.

Laporan itu menyebutkan tujuan Rusia adalah untuk melemahkan kepercayaan publik terhadap proses demokrasi di AS, membuat citra Hillary Clinton buruk hingga mengurangi elektabilitasnya sebagai pesaing Trump.

Intelijen juga melaporkan, Putin memerintahkan kampanye ini untuk membalas dendam kepada AS setelah dipermalukan karena namanya tercantum dalam Panama Papers. Putin juga menuding Clinton memicu aksi protes untuk menentang rezimnya pada 2011-2012.




Credit  CNN Indonesia