Senin, 30 Januari 2017

Resmi Diluncurkan, MiG-35 Bisa Mengubah Peta Kekuatan Jet Tempur Modern


 
MiG-35 dapat mengubah peta kekuatan jet tempur modern, kata Nikolai Antoshkin, mantan Wakil Komandan Pasukan Kedirgantaraan Rusia.
 
MiG-35
MiG-35 dilengkapi sejumlah perangkat aviasi yang dapat memungkinkan penggunaan tiap jenis senjata yang tersedia terhadap target udara, darat, dan permukaan. Sumber: Vitaly V. Kuzmin
Jet tempur Mikoyan MiG-35 (kode NATO: Fulcrum-F) memenuhi kebutuhan tempur udara modern dan akan menjadi tambahan penting dalam satuan aviasi tempur kelas ringan Rusia, kata mantan Wakil Komandan Pasukan Kedirgantaraan Rusia Kolonel Jenderal Nikolai Antoshkin kepada RIA Novosti.
“MiG-35 adalah jet tempur multifungsi untuk aviasi lini depan kami. Ia mengubah peta kekuatan jet tempur modern, dan saya yakin panglima tertinggi Rusia (Putin) menyadari betul hal ini,” ujar Antoshkin.
Ia menambahkan bahwa MiG-35 akan sangat diminati karena karakteristik taktis dan teknisnya yang unik sehingga membuatnya lebih menonjol dibandingkan rekan-rekannya.
“Jet ini sangat dibutuhkan karena lebih ringan dibandingkan Su-27, Su-30, Su-34, dan Su-35, sehingga ia akan menjadi tambahan penting untuk armada lini depan kami,” kata Antoshkin, seraya menambahkan bahwa ia berharap dapat menerbangkan jet ini sendiri.
Presiden Rusia Vladimir Putin turut berharap kemampuan Angkatan Bersenjata Rusia dapat meningkat secara signifikan dengan hadirnya MiG-35.
Sebagai jet tempur generasi 4++ dengan sistem yang lebih canggih dibanding MiG-29, MiG-35 dilengkapi senapan 30 mm, mampu melesat dengan kecepatan Mach 2,23, dan terbang setinggi 19 ribu meter. Pesawat ini juga mampu membawa hingga 7.000 kg muatan pada sepuluh hardpoint atau stasiun senjata.
MiG-35 juga dilengkapi sejumlah perangkat aviasi yang dapat memungkinkan penggunaan tiap jenis senjata yang tersedia terhadap target udara, darat, dan permukaan.
Presiden United Aircraft Corporation (UAC) Yury Slyusar mengatakan pada Kamis (26/1) bahwa MiG-35 dapat dibeli mulai 2019 melalui program pengadaan senjata negara. 



Credit  RBTH Indonesia