Senin, 16 Januari 2017

John Kerry Bertemu Musuhnya Semasa Perang Vietnam


 Menteri Luar Negeri AS John Kerry
Menteri Luar Negeri AS John Kerry
 
CB, HANOI - Vo Ban Tam, seorang veteran Viet Cong, masih mengingat pertama kali ia bertemu John Kerry di tepi Sungai Bay Hap saat Perang Vietnam berlangsung. Hampir setengah abad kemudian, petani udang Mekong berusia 70 tahun itu kembali bertemu Kerry, saling berjabat tangan dan saling menghormati.
Kerry mengunjungi Sungai Bay Hap di akhir kunjungannya ke Vietnam, pada Sabtu (14/1). Kunjungan itu dilakukannya sepekan sebelum ia lengser dari jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS).
Kerry memiliki kenangan tersendiri dengan Sungai Bay Hap. Tempat tersebut membuatnya memenangkan medali Silver Star atas keberaniannya sebagai seorang letnan angkatan laut muda.
Pada 28 Februari 1969, Kerry sebagai nakhoda kapal Swift PCF-94, melakukan patroli saat pasukan pimpinan Vo Ban Tam meluncurkan serangan. Kepada Kerry, Vo menjelaskan bahwa saat itu pasukannya menggunakan senapan dan granat untuk mengelabui kapal patroli AS dari darat.
Kerry yang saat itu masih berusia 26 tahun, membuat keputusan dramatis untuk menyerbu tentara Viet Cong ke darat. Ia meraih senapan M-16, dan juga menembaki musuh dengan roket.
Vo mengaku masih mengingat seorang tentara utama Viet Cong, Ba Thanh, yang tewas terhormat dari kejadian itu. "Dia adalah seorang prajurit yang baik," kenangnya, saat berbicara dengan Kerry melalui bantuan seorang penerjemah, dikutip The Guardian.
Meski demikian, Kerry mengaku tidak tahu nama pria yang ditembaknya dalam Perang Vietnam. Pada kampanye presiden 2004, Kerry diserang lawan politiknya karena dilaporkan pernah membunuh seorang remaja dalam perang.
Vo mengakui tindakan Kerry telah menggagalkan serangan Viet Cong pada hari itu. Namun, dia dengan bangga mengingat bagaimana rekan-rekannya sering mencapai keberhasilan.
"Yah, aku senang kita berdua masih hidup," ujar Kerry.
Kerry kembali ke AS dari Vietnam pada 1969. Pemegang Bintang Perak dan Perunggu dan tiga Purple Hearts itu kini menjadi aktivis anti-perang yang sangat vokal. Kerry kemudian menjadi senator, kandidat presiden, dan akhirnya menjadi Menteri Luar Negeri AS yang banyak membantu memimpin upaya rekonsiliasi pasca-perang.
Lulusan Yale University itu kini berdiri bersama dengan veteran yang menjadi musuhnya dulu. Ia mengakui, tindakan brutal Washington tetap akan gagal mengatasi tekad Vietnam melawan kependudukan asing.
Setelah Donald Trump dilantik dan jabatannya di Departemen Luar Negeri berakhir, Kerry berencana untuk lebih banyak melakukan kunjungan ke Vietnam. Dia ingin bekerjasama dalam bidang lingkungan dengan Lower Mekong Initiative, dan berencana dengan sesama veteran untuk membuka Fulbright University yang didanai AS di Vietnam.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID