Selasa, 06 September 2016

Larangan Burkini Bukti Eropa Tak Becus Tangani Isu Rasial

 
Larangan Burkini Bukti Eropa Tak Becus Tangani Isu Rasial
Profesor hukum dan agama di Universitas Milan, Silvio Ferrari menyatakan, larangan penggunaan burkini adalah sesuatu hal yang konyol. (Istimewa)
 
MILAN - Profesor hukum dan agama di Universitas Milan, Silvio Ferrari menyatakan, larangan penggunaan burkini adalah sesuatu hal yang konyol. Menurut Ferrari, larangan ini menunjukan bahwa Eropa tidak becus menangani isu-isu rasial.

"Larangan burkini adalah cara konyol untuk menangani masalah serius, karena hal ini bisa membakar sikap anti-Eropa dan anti-Barat, dimana Eropa dan Barat tampaknya menjadi tempat untuk ketentuan hukum liberal. Ini adalah kesan yang kami tunjukan pada orang di bagian lain dunia," ucap Ferrai, seperti dilansir Sputnik pada Senin (5/9).

"Larangan ini adalah gejala dari (ketidakmampuan Eropa) untuk menangani isu keragaman agama dan budaya. Hal ini menjadi lebih dan lebih sulit untuk mempertahankan pendekatan rasional terhadap isu-isu keragaman agama seperti yang bergerak lebih dan lebih ke arah respons emosional," sambungnya.

Sementara itu, terkait dengan hasil jajak pendapat di Inggris, dimana mayoritas warga Inggris setuju dengan adanya undang-undang untuk melarang wanita menggunakan burqa, Ferrari mengaku tidak terkejut. Dia secara tersirat juga mengaku setuju dengan larangan itu.

Namun, berbeda dari kebanyakan orang, yang tidak setuju dengan penggunaan burqa karena masalah agama, atau terorisme, Ferrari menyebut dia tidak setuju karena itu bisa memiskinkan komunikasi antar individu.

"Nah, burqa adalah hal yang berbeda dalam arti bahwa itu adalah semacam hambatan komunikasi. Ini mencakup wajah, saya tidak bisa melihat wajah orang yang saya berbicara dan ini memiskinkan hubungan saya dengan orang itu. Tapi, burkini benar-benar berbeda. Wajah terlihat dan komunikasi tidak terhambat," jelasnya.


Credit  Sindonews