Selasa, 10 Maret 2015

Perancis: 10 Ribu Orang Eropa Akan Bergabung ISIS di 2015


Perancis: 10 Ribu Orang Eropa Akan Bergabung ISIS di 2015 
 Saat ini, terdapat tiga ribu warga Eropa yang sudah bergabung dengan ISIS, dengan Perancis dan Belgia sebagai negara 'penyumbang' terbanyak. (Reuters/ Thaier Al-Sudani)
 
Jakarta, CB -- Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah menjaring anggota dari berbagai pelosok dunia. Perdana Menteri Perancis, Manuel Valls, mengungkapkan kekhawatirannya dan mengatakan bahwa sebanyak 10 ribu orang Eropa diperkirakan akan bergabung dengan ISIS hingga akhir 2015.

"Ada tiga ribu warga Eropa di Irak dan Suriah hari ini. Jika Anda melakukan proyeksi untuk beberapa bulan ke depan, bisa ada lima ribu sebelum musim panas dan 10 ribu sebelum akhir tahun. Apakah Anda menyadari ancaman yang ada?" ujar Valls kepada stasiun televisi Perancis, iTele, seperti dikutip RT, Minggu (8/3).

Merujuk pada data Uni Eropa, Perancis dan Belgia adalah negara dengan jumlah penduduk yang terkena imbas radikalisasi ISIS paling banyak.

Menanggapi hasil temuan tersebut, Valls berkata, "Sudah ada sekitar 90 warga Perancis yang tewas di sana dengan senjata di tangannya, bertarung melawan nilai-nilai kita sendiri."

Perancis sendiri sebenarnya sudah melakukan langkah antisipasi dengan mengadopsi hukum anti-terorisme pada November lalu. Namun, hukum tersebut baru diimplementasikan pada Februari lalu ketika pemerintah menahan 44 paspor, termasuk 4 warganya, untuk mencegah mereka melancong ke Suriah atau Irak.

"Kita harus menghadapi ancaman tingkat tinggi di Perancis, di Eropa, dan negara lain," ucap Valls.

Perancis bukan satu-satunya negara yang sedang dirudung kekalutan akibat ISIS. Pada Minggu (8/3), Kepala Intelijen Militer Jerman, Christof Gram, menyatakan kekhawatirannya bahwa institusi militer di Jerman bisa jadi dipakai sebagai tempat pelatihan sebelum seseorang bergabung dengan ISIS.

"Kami melihat risiko bahwa Bundeswehr (tentara Jerman) bisa dipakai sebagai kamp pelatihan untuk kekerasan Islam," ucap Gram dalam sesi wawancara bersama Welt.

Untuk mencegah hal tersebut, menurut Gram, harus ada sistem pemeriksaan kandidat anggota militer jika ada keraguan loyalitas dari orang yang bersangkutan.

Menurut Gram, aparat Jerman kini tengah mengamati secara ketat hubungan umat Muslim lokal dengan teroris di Irak dan Suriah.

Pengawasan ini dirasa sangat perlu dilakukan. Pasalnya, 900 warga Jerman terdeteksi telah hijrah ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, 20 di antaranya adalah mantan tentara.

Dari 900 orang tersebut, 70 orang dinyatakan tewas, setidaknya 10 di antaranya bunuh diri saat melakukan aksi teror. Hal yang paling diwaspadai adalah adanya 180 orang kembali dari medan perang dan diperkirakan akan menjadi pembawa radikalisasi untuk umat Muslim Jerman lain.

Berita mengenai perekrutan ISIS Eropa terhangat datang dari Inggris ketika tiga gadis dinyatakan kabur dari rumahnya di London untuk terbang ke Turki dan diperkirakan bakal bergabung dengan ISIS di Suriah. Menurut sumber terpercaya yang dirujuk oleh SkyNews TV, ketiga gadis tersebut sekarang sudah berada di jantung kota ISIS, Al-Raqqa, Suriah.

Mereka mendiami rumah yang disediakan oleh perekrut mereka, Aqsa Mahmood. Menurut tim intelijen Inggris, Amira Abase, 15, Shamima Begum, 15, dan Kadiza Sultana, 16, sudah berhubungan dengan Mahmood melalui jejaring sosial sebelum mereka kabur.

Lembaga thinktank Inggris, Quilliam Foundation, menyatakan bahwa media sosial memang merupakan alat rekrutmen utama ISIS. Dari 600 wanita Inggris yang direkrut ISIS, 10 persen di antaranya terjaring melalui media sosial.

Credit  CNN Indonesia