Senin, 09 Maret 2015

21 ABK Indonesia Hilang di Samudera Atlantik

21 ABK Indonesia Hilang di Samudera Atlantik
 Kapal Hsiang Fu Chuen hilang di Samudera Atlantik. (Foto: Ist)



STANLEY  (CB) – Sebuah kapal ikan secara misterius hilang di Kepulauan Falkland, Inggris Raya, sekitar Samudera Atlantik. Kapal ikan asal Taiwan itu berisi 49 anak buah kapal (ABK), termasuk 21 warga negara Indonesia (WNI). Kapal tersebut hilang kontak pada 26 Februari 2015.
Kapal bernama Hsiang Fu Chuen itu merupakan sebuah kapal ikan yang memiliki berat 700 ton. ABK terdiri dari kapten dan kepala teknisi mesin dari Taiwan bersama 11 warga China, 21 Indonesia, 13 Filipina, dan dua Vietnam.
Saat ini pihak berwenang Taiwan telah meminta bantuan dari Argentina dan Inggris untuk menemukan kapal. "Kami masih tidak tahu keberadaan dan apa yang terjadi pada kapal itu,” kata Juru Bicara Badan Perikanan Taiwan Huang Hong-yen, seperti diberitakan Sky News, Senin (9/3/2015).
Hsiang Fu Chuen merupakan kapal ikan yang dibangun pada 28 tahun lalu. Kapal tersebut berangkat dari Kaohsiung, Taiwan, pada Januari 2015. Kapal itu tidak dapat dihubungi ketika memasuki 1.700 mil laut di lepas pantai Kepulauan Falkland.
Huang Hong-yen menambahkan, belum ada bukti bahwa kapal tersebut tenggelam. Sebab, kapal sama sekali tidak mengirim tanda akan tenggelam ketika itu.
"Kami akan melakukan segala yang kami bisa, meskipun pencarian seperti mencari jarum di laut,” sambungnya.

Kapal Pembawa 21 ABK Indonesia Hilang Sejak 26 Februari


Kementerian Luar Negeri RI membenarkan ada 21 warga negara Indonesia (WNI) yang hilang dalam kapal ikan di perairan Kepulauan Falkland, Inggris Raya, sekitar Samudera Atlantik.
“Iya benar kami sudah mendapat informasi tersebut,” kata Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Lalu Muhammad Iqbal, kepada Okezone, Senin (9/3/2015).
Kapal bernama Hsiang Fu Chuen itu merupakan sebuah kapal ikan yang memiliki berat 700 ton. ABK terdiri dari kapten dan kepala teknisi mesin dari Taiwan bersama 11 warga China, 21 warga Indonesia, 13 warga Filipina, dan dua warga Vietnam.
Kapal tersebut sudah tidak dapat dihubungi sejak 26 Februari 2015. Namun, pihak Kemlu baru memperoleh kabar dari pemilik kapal asal Taiwan tersebut pada pekan kemarin.
“Kami baru mendapat laporan hilangnya kapal tersebut pada Minggu kemarin. Perusahaan pemilik kapal tidak mau melapor karena berharap itu hanya masalah teknis. Ternyata sampai sekarang belum ada kabar dari kapal tersebut,” sambungnya.
“Saat ini kami sedang berkoordinasi dengan perwakilan kami yang ada di Taiwan,” lanjutnya.





Credit Okezone