Muslim Israel dilarang masuk Saudi meski dengan paspor sementara dari Yordania.
CB,
TEL AVIV — Lebih dari satu juta Muslim Israel dilarang memasuki
Kerajaan Arab Saudi (KSA). Kebijakan itu otomatis juga melarang
perjalanan ibadah umrah dan haji Muslim setempat.
Dilansir di
Haaretz pada Rabu (7/11), hal itu disebabkan
adanya perubahan kebijakan paspor dari pemerintah Saudi. Kebijakan itu
tidak lama usai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melontarkan pujian
terhadap Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman.
Israel
dan Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik dan warga negara itu
dilarang memasuki Tanah Suci. Selama ini, Muslim Israel berumrah dengan
memanfaatkan “celah”.
Sejak 1978, sesuai keputusan Raja
Jordan Hussein, warga Muslim Israel yang ingin melakukan ibadah ke
Makkah dapat bertolak melalui Yordania. Negara itu mengeluarkan paspor
sementara Yordania, yang memungkinkan warga Israel masuk dan
meninggalkan Arab Saudi.
Namun, Saudi telah mengubah
aturan. Anggota komite haji dan umrah Israel baru mengetahui bahwa warga
negara tersebut dilarang memasuki Arab Saudi, bahkan dengan paspor
Yordania sementara. Kebijakan itu rencananya mulai diberlakukan pada
Desember.
Ketua Komite Haji dan Umrah Israel, Salim Shalata
mengetahui kebijakan Saudi itu dari Kementerian Urusan Wakaf Islam
Yordania dan Tempat-tempat Suci. Pihak berwenang Saudi tidak lagi
mengakui paspor sementara dari Yordania. Dengan demikian, siapa pun yang
ingin memasuki Arab Saudi harus memiliki paspor biasa.
Shalata
mengatakan selama 40 tahun pengaturan penggunaan paspor sementara
Yordania, berjalan tanpa hambatan. Karena itu, ribuan jamaah Muslim dari
Israel dapat melakukan perjalanan ibadah setiap tahun atau ibadah haji.
Shalata
mengatakan tidak mendapat penjelasan lebih lanjut ihwal keputusan Saudi
itu. Namun, dia menyesalkan karena ibadah umrah yang seharusnya
berlangsung pada Desember harus batal. Padahal, ribuan Muslim sudah
mendaftar.
Komite haji dan umrah meminta Kepala Komite
Pemantau Tinggi Arab di Israel Mohammed Barakeh menyampaikan
permasalahan itu pada pihak berwenang Yordania. Dia berharap Yordania
bisa menekan Saudi untuk membatalkan larangan tersebut.
Kementerian
Urusan Wakaf Islam Yordania dan Tempat-tempat Suci mengatakan mereka
telah menangani permasalahan itu dengan Saudi. Namun, belum ada solusi
atas rencana penerapan kebijakan itu.
Keputusan Saudi juga
mempengaruhi puluhan ribu warga Palestina di Yerusalem Timur, Tepi
Barat, dan Jalur Gaza yang memegang paspor sementara Yordania. Meskipun,
mereka dapat menyelesaikan masalah itu dengan mendapatkan paspor
Palestina atau dokumen perjalanan.
Anggota komite haji
Israel dan pejabat Yordania sama-sama tidak secara terbuka mengkritik
Saudi atas masalah itu. “Kami sangat berharap Muslim Israel tidak akan
menjadi sandera sebagai akibat dari masalah diplomatik dan semua pihak
dapat menemukan solusi yang akan mengembalikan semuanya,” kata seorang
anggota komite yang enggan disebutkan namanya.