Kamis, 08 November 2018

AS Sangat Prihatin Sistem Rudal S-300 Rusia Dikendalikan Suriah


AS Sangat Prihatin Sistem Rudal S-300 Rusia Dikendalikan Suriah
Sistem pertahanan rudal S-300 Rusia. Foto/TASS/Maksim Korotchenko

WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) sangat prihatin dengan pengerahan sistem rudal anti-pesawat S-300 Rusia di Suriah. Musababnya, senjata pertahanan canggih itu dikendalikan pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad yang kemampuannya diragukan Washington.

Reaksi Washington ini muncul setelah sebelumnya seorang pejabat Israel menyebut pengiriman S-300 Rusia ke Suriah sebagai kesalahan besar. Tel Aviv mengancam akan menghancurkan senjata pertahanan tersebut jika digunakan pasukan Assad untuk menembaki pesawat jet tempur Israel.

"Kami sangat prihatin tentang sistem S-300 yang dikerahkan ke Suriah. Masalahnya adalah pada tingkat detail. Siapa yang akan mengendalikannya? Apa peran yang akan dimainkannya," kata utusan khusus AS untuk Suriah, James Jeffrey, pada konferensi pers pada hari Rabu waktu Amerika.

Rusia mulai menyebarkan sistem rudal anti-pesawat tersebut ke Suriah pada 2 Oktober sebagai tanggapan atas insiden jatuhnya pesawat mata-mata Il-20 Moskow di Latakia pada 17 September lalu. Pesawat itu secara tak sengaja ditembak jatuh sistem rudal S-200 Suriah saat merespons serangan empat jet tempur F-16 Israel.

Sebanyak 15 tentara Moskow tewas dalam insiden jatuhnya pesawat Il-20. Moskow menyalahkan para pilot Tel Aviv yang dianggap menggunakan pesawat Il-20 sebagai tameng terhadap serangan S-200 Damaskus. Namun, Tel Aviv menolak disalahkan.

"Upaya kami segera adalah mencoba untuk menenangkan situasi itu dan kemudian beralih ke solusi jangka panjang," kata Jeffrey, mengomentari pesawat Rusia yang jatuh. Dia  menambahkan bahwa insiden tersebut menunjukkan bahaya dimiliki beberapa militer yang terkonsentrasi di sebuah daerah kecil di Suriah.

"Rusia telah permisif, dalam konsultasi dengan Israel, tentang serangan Israel terhadap sasaran Iran di dalam Suriah. Kami tentu berharap bahwa pendekatan permisif akan terus berlanjut," kata diplomat AS itu, seperti dikutip Sputnik, Kamis (8/11/2018).

Menurut Jeffrey, Tel Aviv memiliki kepentingan eksistensial dalam memblokir Iran dari penggelaran rudal jarak jauh di Suriah yang dapat digunakan di dalam Suriah. AS, lanjut dia, sepenuhnya mendukung kebutuhan Israel untuk mempertahankan diri terhadap ancaman tersebut.

Washington sendiri siap menempatkan tekanan keuangan dan lainnya terhadap Iran untuk lebih aktif menentang kegiatan Teheran di kawasan."Khususnya di Irak, Suriah dan Yaman," kata diplomat tersebut.

Israel dan AS telah berulang kali menuduh Teheran mengerahkan pasukan dan peralatan canggih di Suriah. Para pejabat Iran telah membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa mereka hanya mengirim penasihat militer yang membantu pemerintah Damaskus dalam perjuangannya melawan para jihadis. Teheran juga menegaskan kehadiran personel militernya sah karena atas permintaan pemerintah Suriah, tidak seperti AS yang tak dikehendaki pemerintah Assad.

Israel telah melakukan lebih dari 200 misi serangan di Suriah selama satu setengah tahun hingga awal September 2018. Namun, belum mengonfirmasi telah melakukan serangan lagi atau belum sejak insiden jatuhnya pesawat Il-20 Moskow. 





Credit  sindonews.com