AS dan Prancis mengklaim memiliki bukti kuat penggunaan gas beracun di Douma 
CB,
 BEIRUT -- Penyidik independen yang menginvestigasi senjata kimia Suriah
 dihalangi oleh pihak berwenang Suriah dan Rusia pada Senin (16/4). Hal 
ini dilaporkan seorang pejabat berwenang, beberapa hari setelah sekutu 
AS, Prancis dan Inggris memborbardir area yang diduga terkait dengan 
program senjata kimia Suriah.
  
Tim dari penyidik independen mengakui  mereka kurang mendapat akses 
masuk ke kota Douma. Organisasi pelarangan senjata kimia (OPCW), telah 
meninggalkan pertanyaan terkait serangan ke warga sipil pada 7 April 
lalu yang hingga kini tidak dijawab pihak berwenang.
Direktur
 Jendral OPCW, Ahmet Uzumcu mengatakan pejabat Suriah dan Rusia menyebut
 ada persoalan keamanan yang tertunda, sehingga menahan inspekturnya 
masuk ke kota Douma. "Tim belum dikerahkan ke Douma," kata Uzumcu, 
kepada Dewan Eksekutif OPCW di Den Haag, dua hari setelah dari Suriah.
Pihak
 berwenang Suriah menawarkan 22 orang untuk diwawancarai sebagai saksi. 
Dan dikatakan apa yang dibutuhkan akan diatur demi memasukkan tim ke 
kota Douma secepat mungkin. AS dan Prancis mengklaim memiliki bukti kuat
 dimana gas beracun telah digunakan saat menyerang kota Douma dan di 
timur Damaskus telah menewaskan belasan orang.
Dan diduga 
pihak militer dibawah Presiden Bashar Assad berada dibelakang kekejian 
ini. Walaupun belum didapat satu pun bukti yang diketahui publik. Suriah
 dan sekutunya Rusia telah membantah ancaman serangan kimia itu telah 
terjadi.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov 
menyalahkan serangan udara Sekutu yang terjadi pada Sabtu pagi sehingga 
menahan misi oleh tim OPCW ke Douma. Dikatakan Sergei kepada wartawan di
 Moskow, inspektur tidak dapat pergi ke lokasi tersebut karena 
memerlukan izin dari Departemen Keamanan AS.
Juru Bicara 
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Stephane Dujarric mengatakan izin telah
 diberikan pada OPCW. PBB telah memberikan izin yang diperlukan untuk 
melakukan pekerjaan. "Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memberikan izin 
yang diperlukan bagi tim OPCW untuk melakukan pekerjaannya di Douma. 
Kami belum menolak permintaan tim itu untuk pergi ke Douma," kata 
Dujarric.
Baik Rusia dan pemerintah Suriah ia menyambut 
baik kunjungan OPCW. Tim tiba di Suriah tak lama sebelum serangan udara 
dan bertemu dengan pejabat Suriah, namun demikian pasukan pemerintah dan
 pasukan Rusia telah dikerahkan di Douma, yang sekarang telah berada 
dalam kendali Suriah.
Oposisi dan aktivis Suriah telah 
mengkritik penyebaran militer Rusia di kota Douma tersebut. Oposisi 
mengatakan bisa jadi bukti penggunaan senjata kimia mungkin tidak lagi 
ditemukan. Namun Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov membantah bahwa
 Rusia menghilangkan bukti apa pun di area yang terindikasi penggunaan 
senjata kimia.