WASHINGTON
- Menteri Luar Negeri baru Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo mengatakan
bahwa sampai saat ini, Presiden AS, Donald Trump belum memutuskan
apakah akan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran atau tidak.
Namun, Pompeo menyatakan jika tidak ada revisi dalam kesepakatan tersebut sampai Mei mendatang, maka kemungkinan besar Trump akan menarik mundur AS dari kesepakatan tersebut.
"Tidak ada perbaikan yang substansial, tidak ada yang mengatasi kekurangan, kekurangan dari kesepakatan, dia tidak mungkin untuk tetap dalam kesepakatan itu melewati Mei ini," kata Pompeo, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (29/4).
Trump menganggap kesepakatan nuklir Iran 2015 gila dan kesepakatan terburuk yang pernah dan telah mengancam akan menarik AS keluar dari itu kecuali Washington dan sekutu Eropanya merevisi kesepakatan itu, dengan memasukan kegiatan regional Iran dan program rudal balistiknya kedalam kesepakatan itu.
Sementara itu, sebelumnya Duta Besar Prancis untuk Israel, Hélène Le Gal menyatakan AS bisa memicu peperangan baru di Timur Tengah dengan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran.
Dia berpendapat bahwa segera setelah Washington keluar dari perjanjian yang dicapai tahun 2015 itu, maka perjanjian itu akan otomatis mati, karena Iran akan mengikuti AS untuk keluar dari kesepakatan itu.
"Saya tidak berpikir Iran akan tetap dalam kesepakatan jika AS memutuskan keluar dari kesepakayan tersebut. Kemungkinan adanya perang sangat terbuka. Jika kesepakatan nuklir dibatalkan, Iran akan segera memulai kembali program (nuklir) ini. Kami membutuhkan JCPOA untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir," kata Le Gal.
Namun, Pompeo menyatakan jika tidak ada revisi dalam kesepakatan tersebut sampai Mei mendatang, maka kemungkinan besar Trump akan menarik mundur AS dari kesepakatan tersebut.
"Tidak ada perbaikan yang substansial, tidak ada yang mengatasi kekurangan, kekurangan dari kesepakatan, dia tidak mungkin untuk tetap dalam kesepakatan itu melewati Mei ini," kata Pompeo, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (29/4).
Trump menganggap kesepakatan nuklir Iran 2015 gila dan kesepakatan terburuk yang pernah dan telah mengancam akan menarik AS keluar dari itu kecuali Washington dan sekutu Eropanya merevisi kesepakatan itu, dengan memasukan kegiatan regional Iran dan program rudal balistiknya kedalam kesepakatan itu.
Sementara itu, sebelumnya Duta Besar Prancis untuk Israel, Hélène Le Gal menyatakan AS bisa memicu peperangan baru di Timur Tengah dengan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran.
Dia berpendapat bahwa segera setelah Washington keluar dari perjanjian yang dicapai tahun 2015 itu, maka perjanjian itu akan otomatis mati, karena Iran akan mengikuti AS untuk keluar dari kesepakatan itu.
"Saya tidak berpikir Iran akan tetap dalam kesepakatan jika AS memutuskan keluar dari kesepakayan tersebut. Kemungkinan adanya perang sangat terbuka. Jika kesepakatan nuklir dibatalkan, Iran akan segera memulai kembali program (nuklir) ini. Kami membutuhkan JCPOA untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir," kata Le Gal.
Credit sindonews.com