Melempar tuduhan atas serangan bom pinggir jalan yang dilewati konvoi Hamdallah tampaknya akan memperdalam perpecahan politik antara kelompok Hamas dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang didukung Barat.
Abbas menyalahkan serangan itu kepada Hamas sesaat setelah insiden di Gaza, di mana Hamdallah, yang telah memelopori upaya Otoritas untuk berdamai dengan Hamas, tidak terluka.
Namun Eyad al-Bozom, juru bicara kementerian dalam negeri Hamas di Gaza, mengatakan pada konferensi pers hari Sabtu bahwa tiga perwira senior Otoritas Palestina yang bermarkas di Tepi Barat telah mendalangi ledakan itu.
Al-Bozom mengatakan bahwa para pejabat Otoritas Palestina yang dicurigai juga berada di belakang upaya untuk membunuh kepala keamanan Hamas Tawfeeq Abu Naeem pada bulan Oktober di Gaza.
Tiga orang yang diidentifikasi oleh Hamas sebagai tersangka yang terlibat dalam pemboman itu tewas dalam baku tembak dengan pasukannya di Gaza pada 22 Maret.
Kementerian Dalam Negeri Gaza mempresentasikan video pengakuan oleh empat orang yang ditahan, yang dikatakan merupakan bagian dari sel yang diarahkan oleh petugas Otoritas Palestina, yang berbasis di Tepi Barat. Namun Hamas tidak memberikan bukti lebih lanjut.
Khalil al-Hayya, wakil kepala Hamas di Gaza, mengatakan pada konferensi pers terpisah bahwa para tersangka ingin membunuh rekonsiliasi.
Tudingan Hamas itu pun di bantah oleh Otoritas Palestina. Seorang juru bicara untuk layanan keamanan Otoritas menyalahkan Hamas atas ledakan 13 Maret.
"Semakin banyak Hamas mencoba untuk menghindari tanggung jawab, semakin tenggelam," kata Adnan al-Dmairi seperti dikutip dari Reuters, Minggu (29/4/2018).
Upaya pembunuhan itu telah menggagalkan upaya untuk mengakhiri perbedaan yang mendalam antara dua faksi utama Palestina; Hamas, yang mendominasi Gaza, dan Fatah yang dipimpin oleh Abbas, kekuatan utama dalam Otoritas Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Credit sindonews.com