Slide tentang rincian Status-6 dari Kremlin telah bocor ke media sejak 2015. Namun, torpedo nuklir yang juga dianggap sebagai "senjata kiamat" ini resmi diperkenalkan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidato kenegaraan 1 Maret 2018 lalu.
Putin menggambarkan kendaraan tanpa awak bawah laut ini dapat bergerak jauh lebih cepat daripada kapal selam. “Ini benar-benar fantastis. Ini tenang, sangat mudah bermanuver dan hampir tidak memiliki kerentanan untuk dieksploitasi oleh musuh. Tidak ada apa pun di dunia yang mampu menahannya," kata Putin dalam pidatonya saat itu.
Status-6 juga disebut dalam dokumen Nuclear Posture Review (Tinjauan Postur Nuklir) pemerintah Presiden Donald Trump baru-baru ini.
Klaim bahwa torpedo nuklir Rusia berpotensi menyebabkan tsunami 300 kaki awalnya diulas Business Insider. Namun, ketika SINDOnews pada Sabtu (28/4/2018) mencoba mengaksesnya, laporan itu sudah dihapus. Beberapa ahli juga ragu jika senjata rahasia Moskow itu bisa memicu tsunami mengerikan di AS.
"Ada beberapa perselisihan mengenai apakah itu dapat menghasilkan gelombang pasang, tetapi ini tidak masalah," kata Dr Mark Schneider, analis senior di National Institute for Public Policy kepada Fox News, melalui email.
Mengutip sebuah slide pengarahan Kremlin yang bocor pada tahun 2015, Schneider mengatakan bahwa peran senjata itu tampaknya adalah penghancuran pelabuhan dengan ledakan besar dan radiasi.
"Jika digunakan terhadap pelabuhan utama AS, itu bisa membunuh jutaan orang dalam sekali serangan," katanya.
"Saya menyebutnya 'gila' karena tidak ada cara untuk membatasi kerusakan dari penggunaannya dan tidak ada cara untuk mengujinya dengan aman."
Senjata seperti Status-6, kata Schneider, dirancang untuk mencegah pembalasan terhadap penggunaan senjata nuklir pertama Rusia. "Tinjauan Postur Nuklir (AS) mengakui perlunya alat pencegah AS untuk mengatasi penggunaan senjata nuklir tingkat rendah pertama Rusia," ujarnya.
"Kami sangat membutuhkan alat pencegah tersebut. Putin adalah orang yang berbahaya," imbuh Schneider.
Pavel Podvig, penulis blog "Russian Strategic Nuclear Forces", mencurigai bahwa Status-6 Rusia masih jauh dari keputusan untuk mengerahkan hulu ledak pada drone bawah laut. "Pemahaman saya, itu hanya tebakan yang mendidik, tapi saya pikir itu belum ada di sana," katanya kepada Fox News.
"Seperti yang saya pahami, ini masih semacam proyek kertas," ujarnya.
Credit sindonews.com