Prancis mendorong transaksi yang transparan.
CB,
PARIS -- Lebih dari 70 negara berkomitmen meningkatkan upaya melawan
pendanaan terorisme terkait Daesh atau ISIS dan al-Qaeda, Kamis (26/4).
Komitmen terjadi di sela-sela Konferensi Internasional di Paris yang
berlangsung selama dua hari.
Dilansir di
Arab News pada Kamis (26/4), peserta konferensi
sepakat sepenuhnya mengkriminalisasi pendanaan teror melalui sanksi yang
efektif dan proporsional. Komitmen itu sesuai tujuan konferensi yang
diadakan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk mengkoordinasikan upaya
mengurangi ancaman teror dalam jangka panjang.
Menteri
Keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin, Ketua IMF Christine Lagarde,
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Abdel Al-Jubeir, dan Menteri Luar Negeri
Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani turut hadir dalam
konferensi tersebut.
Sekretaris eksekutif dari Satgas Aksi
Keuangan antarpemerintah, Daniel Lewis berharap kesepakatan konferensi
yang tertuang di kertas bisa direalisasikan. Peserta setuju untuk
mengadakan konferensi serupa tahun depan di Australia.
"Ketika
kami memiliki informasi, (misalnya daftar PBB dari individu dan entitas
yang membiayai terorisme) kami perlu memastikan langkah-langkah seperti
pembekuan aset dilaksanakan sepenuhnya dan cepat," kata Lewis.
Peserta
konferensi mengusulkan adanya berbagi informasi antara layanan
intelijen, penegakan hukum, bisnis keuangan, dan industri teknologi.
Selain itu, peserta menyatakan kesediaannya menelusuri dana yang masuk
ke organisasi non-pemerintah dan asosiasi amal.
Prancis
telah mendorong koordinasi internasional dan transparansi dalam
transaksi keuangan. Prancis mencatat, kekalahan militer Daesh di
lapangan tidak menghentikan tindakan terorisme yang dilakukan kelompok
tersebut, bersama dengan Al-Qaeda. Terutama, di daerah yang tidak
stabil, seperti, Afghanistan, Malaysia, Filipina, Yaman, Mesir, dan
Afrika sub-Sahara.
Kelompok teror tidak hanya bergantung
pada uang tunai. Saat ini, mereka juga mengguakan kartu prabayar, dompet
daring, dan operasi crowdfunding. Bahkan, Daesh juga berinvestasi dalam
bisnis dan real estate untuk memastikan pembiayaannya. Pendapatan Daesh
diperkirakan mencapai 2,5 miliar dolar AS pada 2014 hingga 2016.
Meskipun
sebagian besar serangan di negara-negara Barat tidak menghabiskan
banyak uang, seorang pejabat Prancis mengatakan kelompok-kelompok teror
memiliki organisasi besar. Sehingga, butuh banyak biaya merekrut,
melatih, memperlengkapi orang-orang dan menyebarkan propaganda.
Penuntut
kontraterorisme Prancis, Francois Molins mengatakan Daesh menggunakan
teknik pembiayaan mikro untuk mengumpulkan sejumlah besar uang dalam
jumlah kecil. Bekerja dengan unit intelijen keuangan membantu
mengidentifikasi 416 orang di Prancis yang telah menyumbangkan uang
kepada Daesh selama dua tahun terakhir.
Namun,
tuduhan atas pendanaan ekstremis memicu boikot pada Qatar oleh empat
negara Arab. Qatar membantah membiayai para ekstremis.