Ilustrasi tentara Suriah. (AFP PHOTO/Ayham al-Mohammad)
Badran Jia Kurd, seorang penasihat pemerintahan Kurdi di utara Suriah, mengatakan kepada Reuters, Minggu (18/2), bahwa pasukan angkatan bersenjata pemerintah akan dikerahkan di sejumlah posisi perbatasan dan bisa masuk ke kawasan itu dalam dua hari ke depan.
Kesepakatan ini menggarisbawahi bagaimana medan pertempuran semakin rumit di utara Suriah, berkat persaingan antara pasukan Kurdi, pemerintah Suriah, faksi pemberontak, Turki, Amerika Serikat dan Rusia.
Hubungan rumit antara pemerintahan Damaskus dan Kurdi, yang masing-masing menguasai paling banyak wilayah dalam perang, berperan penting dalam berjalannya konflik.
Ankara meluncurkan serangan udara dan darat di Afrin bulan lalu, mengincar kelompok bersenjata Kurdi YPG. Menurut Turki, kelompok itu terkait dengan teroris yang melakukan pemberontakan di wilayahnya.
Di sisi lain, AS yang merupakan sekutu Turki di NATO, justru mempersenjatai YPG dalam rangka melawan ISIS. Namun, meski punya lebih banyak keberadaan militer di timur Suriah, Amerika tidak memberikan dukungan kepada YPG di Afrin.
"Kami bisa bekerja sama dengan pihak manapun yang membantu kami menghadapi kejahatan barbar dan bungkamnya internasional," kata Jia Kurd.
Ketika ditanya soal laporan kesepakatan ini, juru bicara YPG Nouri Mahmoud mengulang pernyataan sebelumnya, bahwa pasukan Suriah belum merespons permintaan mereka melindungi Afrin.
Credit CNN Indonesia