Turki membantah rumor menggunakan senjata kimia dalam operasi militernya di Suriah.
CB,
MUNCHEN -- Pemerintah Turki membantah rumor yang menyebut bahwa
pihaknya menggunakan senjata kimia dalam operasi militernya di
Suriah.Sebaliknya, Turki mengklaim operasi tersebut sepenuhnya mengincar
kelompokteroris dan tidak menargetkan warga sipil.
"Ini hanya cerita palsu (penggunaan senjata kimia di Suriah). Turki
tidak pernah menggunakan senjata kimia apapun," kata Menteri Luar Negeri
Turki Mevlut Cavusoglu kepada awak media di sela-sela acara Munich
Security Conference di Jerman, Ahad (18/2).
Menurut
Cavusoglu, rumor penggunaan senjata kimia oleh Turki hanya sebuah
propaganda oleh organisasi yang dekat dengan Partai Pekerja Kurdistan
(PKK). PKK merupakan salah satu kelompok yang diincar Turki dalam
operasi militernya di Suriah. Kelompok ini terlarang di Turki karena
dianggap telah melakukan pemberontakan selama tiga dekade terakhir.
Cavusoglu
mengklaim Turki sangat memedulikan dan berhati-hati untuk melindungi
warga sipil Suriah di tengah operasi militer yangberlangsung di sana.
Sebaliknya, ia menuding kelompok teroris yang diburunya memanfaatkan
warga sipil sebagai perisai di bawah wilayah yang dikendalikannya.
Sebelumnya,
pemerintah Amerika Serikat (AS) juga telah angkat bicara perihal kabar
penggunaan senjata kimia oleh militer Turki dalam operasinya di Suriah.
"Kami menilai sangat tidak mungkin pasukan Turki menggunakan senjata
kimia. Kami terus meminta pengekangan dan perlindungan warga sipil di
Afrin," ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.
Birusk
Hasaka, juru bicara kelompok YPG (Perlindungan RakyatSuriah) Kurdi di
Afrin mengatakan, pasukan Turki melakukan pemboman dan serangan ke
sebuah desa di barat laut wilayah tersebut. Serangan tersebut, kata
Hasaka, menyebabkan enam orang menderita masalah pernapasan dan gejala
lainnya mengindikasikan adanya serangan gas.
Hal ini pun
dikonfirmasi oleh Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. Kelompok
pemantau perang yang berbasis di Inggris ini mengatakan serangan
pasukan Turki terhadap sebuah desa di Afrin terjadi pada Jumat (16/2).
Menurut mereka, sumber medis di Afrin melaporkan bahwa enam orang korban
dalam serangan tersebut mengalami kesulitan bernapas dan pupil mata
melebar. Hal ini yang kemudian memunculkan dugaan bahwa militer Turki
menggunakan senjata kimia dalam operasinya di Afrin.
Pertengahan
Januari lalu, Turki memulai operasi militer diwilayah Afrin, Suriah.
Turki mengklaim operasi ini dilakukan untuk menumpas kelompok teroris
dan milisi Kurdi yang mendiami wilayah tersebut. Adapun kelompoknya
antara lain PKK, YPG, KCK (PersatuanKomunitas Kurdistan) dan PYD (Partai
Persatuan Demokratik Suriah).