Abuja (CB) - Seratus sepuluh anak-anak perempuan hilang
setelah tersangka pemberontak Boko Haram menyerang sekolah di Nigeria
tumur laut, kata kementerian penerangan pada Minggu (25/2).
Serangan tersebut diperkirakan menjadi salah satu penculikan terbesar sejak penculikan Chibok pada 2014.
Kelompok gerilyawan tersebut mencapai ketenaran internasional setelah menculik lebih dari 270 siswi dari kota Chibok. Masalah itu menarik perhatian dunia terhadap pemberontakan tersebut dan memicu gerakan media sosial tingat tinggi, yang disebut "Bring Back Our Girls" atau "Kembalikan Gadis Kami".
Boko Haram, yang namanya diterjemahkan sebagai "Pendidikan Barat Terlarang" dalam bahasa Hausa, yang banyak digunakan di Nigeria utara, telah membunuh lebih dari 20.000 orang dan memaksa dua juta orang meninggalkan rumah mereka dalam pemberontakan diwarnai kekerasan, yang dimulai pada 2009.
Presiden Muhammadu Buhari, mantan penguasa militer berusia 75 tahun yang terpilih pada 2015 setelah bersumpah untuk menghancurkan Boko Haram, telah menggambarkan hilangnya anak-anak perempuan tersebut setelah serangan Senin di Kota Dapchi, negara bagian Yobe, sebagai "bencana nasional".
Gerilyawan tersebut menuju Kota Dapchi pada Senin dan menyerang sekolah anak perempuan tersebut, yang memicu ratusan siswa melarikan diri. Beberapa penyerang menyamar, dengan saksi menyatakan bahwa sejumlah siswa mengira mereka adalah tentara.
"Pemerintah federal telah mengkonfirmasi bahwa 110 mahasiswa Ilmu Pengetahuan dan Teknis Pemerintahan di Dapchi, Negara Bagian Yobe, sejauh ini belum diketahui keberadaannya, setelah gerilyawan yang diyakini berasal dari faksi Boko Haram menyerbu sekolah mereka pada Senin," kata kementerian penerangan dalam pernyataan.
Terjadi kebingungan mengenai jumlah korban hilang, dengan perkiraan mulai dari sekitar 50 sampai lebih dari 100 orang. Polisi negara bagian, pemerintah Yobe dan lainnya telah memberikan angka yang berbeda sementara orang tua yang mewakili keluarga anak perempuan yang hilang pada Jumat mengatakan bahwa 105 orang hilang.
Pemerintah negara bagian Yobe menambah kebingungan ketika mengatakan pada Rabu bahwa puluhan gadis telah diselamatkan, hanya untuk mengeluarkan sebuah pernyataan keesokan harinya yang menyatakan bahwa anak-anak sekolah tersebut kebanyakan keberadaannya masih belum diketahui, yang memicu kemarahan di kalangan penduduk setempat.
Angkatan Udara Nigeria pada Minggu mengatakan kepala staf Angkatan Udara telah "memerintahkan segera penyebaran aset udara tambahan dan personil Angkatan Udara Nigeria ke timur laut dengan misi tunggal melakukan pencarian siang dan malam untuk anak-anak yang hilang".
"Upaya baru untuk menemukan para anak perempuan itu dilakukan dengan kerja sama yang erat dengan aparat keamanan lainnya," katanya.
Menteri Penerangan Lai Mohammed, yang menjadi bagian dari perutusan menteri, yang bertemu dengan orangtua dan guru di Dapchi dan mengumumkan jumlah siswi hilang, juga mengatakan bahwa polisi dan petugas keamanan dikirim ke sekolah di negara bagian tersebut.
Serangan tersebut diperkirakan menjadi salah satu penculikan terbesar sejak penculikan Chibok pada 2014.
Kelompok gerilyawan tersebut mencapai ketenaran internasional setelah menculik lebih dari 270 siswi dari kota Chibok. Masalah itu menarik perhatian dunia terhadap pemberontakan tersebut dan memicu gerakan media sosial tingat tinggi, yang disebut "Bring Back Our Girls" atau "Kembalikan Gadis Kami".
Boko Haram, yang namanya diterjemahkan sebagai "Pendidikan Barat Terlarang" dalam bahasa Hausa, yang banyak digunakan di Nigeria utara, telah membunuh lebih dari 20.000 orang dan memaksa dua juta orang meninggalkan rumah mereka dalam pemberontakan diwarnai kekerasan, yang dimulai pada 2009.
Presiden Muhammadu Buhari, mantan penguasa militer berusia 75 tahun yang terpilih pada 2015 setelah bersumpah untuk menghancurkan Boko Haram, telah menggambarkan hilangnya anak-anak perempuan tersebut setelah serangan Senin di Kota Dapchi, negara bagian Yobe, sebagai "bencana nasional".
Gerilyawan tersebut menuju Kota Dapchi pada Senin dan menyerang sekolah anak perempuan tersebut, yang memicu ratusan siswa melarikan diri. Beberapa penyerang menyamar, dengan saksi menyatakan bahwa sejumlah siswa mengira mereka adalah tentara.
"Pemerintah federal telah mengkonfirmasi bahwa 110 mahasiswa Ilmu Pengetahuan dan Teknis Pemerintahan di Dapchi, Negara Bagian Yobe, sejauh ini belum diketahui keberadaannya, setelah gerilyawan yang diyakini berasal dari faksi Boko Haram menyerbu sekolah mereka pada Senin," kata kementerian penerangan dalam pernyataan.
Terjadi kebingungan mengenai jumlah korban hilang, dengan perkiraan mulai dari sekitar 50 sampai lebih dari 100 orang. Polisi negara bagian, pemerintah Yobe dan lainnya telah memberikan angka yang berbeda sementara orang tua yang mewakili keluarga anak perempuan yang hilang pada Jumat mengatakan bahwa 105 orang hilang.
Pemerintah negara bagian Yobe menambah kebingungan ketika mengatakan pada Rabu bahwa puluhan gadis telah diselamatkan, hanya untuk mengeluarkan sebuah pernyataan keesokan harinya yang menyatakan bahwa anak-anak sekolah tersebut kebanyakan keberadaannya masih belum diketahui, yang memicu kemarahan di kalangan penduduk setempat.
Angkatan Udara Nigeria pada Minggu mengatakan kepala staf Angkatan Udara telah "memerintahkan segera penyebaran aset udara tambahan dan personil Angkatan Udara Nigeria ke timur laut dengan misi tunggal melakukan pencarian siang dan malam untuk anak-anak yang hilang".
"Upaya baru untuk menemukan para anak perempuan itu dilakukan dengan kerja sama yang erat dengan aparat keamanan lainnya," katanya.
Menteri Penerangan Lai Mohammed, yang menjadi bagian dari perutusan menteri, yang bertemu dengan orangtua dan guru di Dapchi dan mengumumkan jumlah siswi hilang, juga mengatakan bahwa polisi dan petugas keamanan dikirim ke sekolah di negara bagian tersebut.
Credit antaranews.com