Kamis, 02 Maret 2017

Pemimpin Senior Al Qaidah Tewas dalam Serangan Drone CIA


 
Pemimpin Senior Al Qaidah Tewas dalam Serangan Drone CIA  
Ilustrasi CIA. (Larry Downing)
 
Jakarta, CB -- Pemimpin senior Al Qaidah, Abu al-Khayr al-Masri, tewas dalam serangan pesawat nirawak Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) saat sedang berkendara di Suriah, Rabu (1/3).

Seorang pejabat intelijen AS mengatakan, al-Masri alias Abdullah Muhab Rajab Abdulrahman merupakan pemegang komando kedua setelah Ayman al-Zawahiri. Ia juga merupakan anggota dewan syura dan pernah menikahi salah satu putri Osama bin Laden.

Kematian Masri ini mengakhiri operasi pemburuan sang pemimpin Al Qaidah tersebut yang sudah dilakukan sejak 19 tahun lalu. Masri diyakini merupakan otak di balik serangan di Kedutaan Besar AS di Kenya dan Tanzania pada 1998 silam.

Masri dilaporkan juga memegang peranan penting dalam tragedi teror yang mengguncang AS pada 11 September 2001 silam. Rumahnya bahkan sempat menjadi markas perencanaan serangan.

"Rumah Masri di Kabul, Afghanistan, merupakan tempat di mana Khalid Sheikh Mohammed memberikan pengarahan kepada para pemimpin tinggi Al Qaidah mengenai persiapan serangan 11 September 2001," demikian keterangan konsultan intelijen Soufan Group, sebagaimana dilansir AFP.

Setelah tragedi itu, Masri mencari perlindungan ke Iran. Ia kemudian dibebaskan oleh Iran pada dua tahun lalu setelah kelompok Al Qaidah di Yaman sepakat untuk melepaskan seorang diplomat yang mewakili Teheran di Sanaa.

Masri pun terbang ke Suriah untuk memimpin Jabhat Fateh al-Sham, sayap Al Qaidah di Suriah yang sebelumnya disebut Front Nusra.

Di bawah pemerintahan Donald Trump, AS sendiri sudah beberapa kali menggempur markas Al Qaidah. Serangan pertama AS di bawah komando Trump menewaskan salah satu putri mantan pemimpin Al Qaidah di Yamaan pada akhir Januari lalu.

Pemimpin Al Qaidah, Ayman al-Zawahiri, menyebut Trump bodoh karena serangan itu dianggap justru merugikan AS. Pasalnya, serangan itu juga menewaskan anggota Angkatan Laut AS.



Credit  CNN Indonesia