Kunjungan Raja Salman ke Indonesia dinilai menunjukkan sebuah perubahan fokus kebijakan. (Reuters/Edgar Su)
Pengamanan ketat Bandara Halim Perdanakusuma kian terasa pada Rabu (1/3) pagi. Para penumpang pesawat dari dan menuju bandara sudah siap dengan perubahan keterlambatan jadwal keberangkatan mereka, menyusul datangnya tamu VIP kenegaraan sang Raja sekitar pukul 13.45 WIB nanti.
Persiapan kedatangan Raja Salman juga terbilang mewah. Pelindung dua kota suci Mekah dan Madinah itu tak tanggung membawa sekitar 1.500 delegasinya, termasuk 19 pangeran dan 7 menteri pemerintahan.
Menurut pengamat hubungan internasional dari Universitas Paramadina, Pipip A Rifai Hasan, kunjungan Raja Salman kali ini tak lepas dari adanya perubahan kebijakan politik luar negeri dan ekonomi yang terjadi di Saudi.
Dia mengatakan, turunnya harga minyak global serta situasi politik yang semakin tak menentu di Eropa dan Amerika Serikat memaksa Saudi menentukan fokus baru pada kebijakan ekonominya dan memperkuat hubungan diplomatik dengan negara di kawasan lain.
Sebab, jika melihat dari sisi ekonomi, Saudi lebih mengutamakan pasar Eropa dan AS yang menurutnya lebih menguntungkan daripada kawasan lainnya seperti Asia, apalagi Afrika.
"Mereka ingin investasi yang aman. Selama ini mereka melihat Eropa dan AS sebagai pasar yang menguntungkan. Tapi sejak krisis 2008, Saudi mulai harus berputar otak meningkatkan perekonomiannya yang cukup terganggu di tambah dengan anjloknya harga minyak global," ujar Pipip.
Menurut Duta Besar Saudi untuk Indonesia, Osama bin Mohammed Alshuibi, 10 MoU yang akan ditandatangani Presiden Joko Widodo dan Raja Salman di Istana Bogor di antaranya meliputi bidang kebudayaan, pendidikan, keamanan, urusan Islam, perikanan dan kelautan, perdagangan, dan pariwisata.
“Jumlah dan nilai kerja sama kami tidak begitu mengerti, tapi dapat dipastikan 10 MoU itu adalah investasi dengan jumlah yang besar,” katanya di Kantor Kedubes Saudi di Jakarta.
Ditemui di kesempatan berbeda, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, membenarkan adanya penambahan jumlah kesepakatan yang semula hanya ada lima.
Pemerintah mengaku hubungan bilateral kedua negara dapat dikatakan cukup dekat, meski raja negeri kaya minyak itu baru kembali berkunjung ke tanah air dalam rentang waktu separuh abad.
Menurut Arrmanatha, penambahan kesepakatan dan luasnya bidang kerja sama menjadi tanda kekuatan hubungan bilateral antara kedua negara.
"Menlu Saudi mengatakan, kali ini memang waktu yang tepat bagi Raja Salman mengunjungi Indonesia. Selain memenuhi undangan presiden, kunjungannya ke Indonesia ini ibarat puncak dari hubungan yang sangat baik antar kedua negara," kata Arrmanatha.
Tak heran, Indonesia menganggap kunjungan Raja Salman ini cukup besar lantaran memboyong banyak investasi dan keuntungan bagi Indonesia.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung bahkan mengatakan, akan ada proyek kerja sama bernilai sekitar US$1 miliar yang ditandatangani Raja Salman di sini.
Menurut Pipip, kunjungan Raja Salman ke Jakarta memang tak lepas dari riwayat hubungan baik yang sudah terjalin bahkan sejak zaman kerajaan Islam di Nusantara.
"Indonesia dan Saudi memang memiliki sejarah hubungan dekat yang kuat bahkan sejak kerajaan-kerajaan islam masih berkuasa di Nusantara. Indonesia juga melihat Saudi, khususnya Mekah sebagai pusat pendidikan Islam dari dulu hingga saat ini," ungkap dosen yang juga mengajar program magister Ilmu Agama Islam ini.
Walau demikian, dia juga menyebut kunjungan Raja Salman ke Indonesia dan sejumlah negara di Asia lainnya seperti Malaysia, Brunei, Jepang, China, dan Maladewa kali ini pun digunakan Saudi sebagai strategi memperluas pasar dan investasi mereka.
"Khususnya Indonesia, dilihat Saudi sebagai negara yang cukup stabil dan aman untuk menggelontorkan sejumlah investasi besarnya," tuturnya menambahkan.
Pipip juga melihat kedatangan Raja Salman tidak terkait dengan situasi politik Indonesia dan SARA yang belakangan terjadi di Indonesia, khususnya Jakarta.
Lihat juga:Arab Saudi Tampik Kabar Raja Temui Rizieq |
Menurutnya, kunjungan Raja Salman kali ini murni merupakan agenda politik dan penguatan hubungan kedua negara.
"Walaupun pasti ada penguatan urusan ke-Islaman antara Saudi dan Indonesia, tapi saya rasa kunjungan Raja Salman kali ini masih semata-mata agenda politik serta penguatan hubungan ekonomi kedua negara," ujar Pipip.
"Saya lihat memang ada beberapa oknum yang sengaja membingkai kunjungan Raja Salman ini dan mengaitkannya dengan hal lain, tapi saya rasa ini masih kental dengan urusan kenegaraan dan kerja sama ekonomi, khususnya memperluas pasar ekonomi mereka di Indonesia," katanya menambahkan.
Credit CNN Indonesia