Ilustrasi pasukan muda Swedia. (TT News Agency/Fredrik Sandberg via Reuters)
"Ada pencaplokan Rusia atas Crimea, ada agresi di Ukraina, dan sejumlah aktivitas lain di sekitar, jadi kami memutuskan untuk membangun keamanan nasional yang lebih kuat, salah satu keputusannya adalah mengaktifkan kembali wajib militer," ujar Menteri Pertahanan Swedia, Peter Hultqvist.
Dengan pengumuman ini, Hultqvist mengundang 4.000 pria dan perempuan untuk mengikuti pelatihan militer pada 2018 dan 2019. Hultqvist mengatakan, syarat penting dari perekrutan ini adalah motivasi.
Namun selama ini, pemuda Swedia menganggap militer sebagai profesi aneh, tidak menyenangkan, ketinggalan zaman, dan payah. Jika memang ada wajib militer pun, mereka mengaku pada akhirnya akan beralih dari profesi tersebut.
Setiap tahunnya, Swedia membutuhkan 4.000 personel baru. Namun kini, mereka rata-rata hanya dapat merekrut 2.500 personel baru setiap tahunnya.
Rencana pemberlakuan kembali wajib militer ini pun mengakhiri perdebatan panjang mengenai kesiapan militer Swedia setelah insiden "pelecehan" yang dilakukan oleh pesawat tempur Rusia pada 2013 lalu.
Saat itu, pasukan Rusia sedang berlatih menjalankan satu misi serangan ke Stockholm dengan menerbangkan jet tempurnya sangat dekat ke perbatasan Swedia pada malam hari.
Namun ternyata, tak ada pesawat Swedia yang siaga menghadapi jet Rusia itu. Dari kejauhan, justru pesawat NATO di Lithuania dan Denmark yang bereaksi. Dua pesawat dari Lithuania bahkan berhasil membayangi jet Rusia itu.
Sejak saat itu, sejumlah pihak di Swedia meminta pemberlakuan kembali wajib militer yang sebenarnya sudah dihentikan sejak runtuhnya Uni Soviet.
Semenjak keruntuhan Uni Soviet tersebut, anggaran belanja militer Swedia pun terus turun dari 2,5 persen GDP pada 1991 menjadi 1,1 persen GDP pada 2015.
Sementara itu, para negara tetangga Swedia yang tergabung dalam NATO meningkatkan anggatan militernya dan mengirimkan kembali pasukannya ke dekat Laut Baltik untuk bersiaga menghadapi kemungkinan perang.
Credit CNN Indonesia