Ilustrasi. (ICE/Handout via Reuters)
Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, John Kelly, mengatakan bahwa 75 persen dari orang yang ditahan dalam operasi rutin itu memiliki rekam jejak kriminal.
Dalam pernyataan yang dikutip Reuters, Senin (13/2), Kelly menjabarkan, kejahatan para imigran ilegal itu beragam, mulai dari pembunuhan hingga berkendara dalam keadaan mabuk.
ICE melaporkan, sebagian imigran yang ditahan itu mengabaikan peringatan terakhir untuk deportasi. Namun, mereka tak menjelaskan rincian alasan penahanan imigran lainnya.
Merujuk pada data ICE, tak semua imigran yang ditahan memiliki rekam jejak kriminal maupun sudah diperintahkan untuk angkat kaki dari AS.
Di Los Angeles, misalnya, 151 dari 161 imigran yang ditahan tak memiliki sejarah kriminal. Namun, ICE tidak memberikan alasan penangkapan 10 imigran yang bersih dari sejarah kriminal tersebut.
Meskipun demikian, di sela pernyataan pers setelah bertemu dengan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, Trump mengatakan bahwa ICE "melakukan pekerjaan hebat" dengan penahanan imigran ini.
"Kami benar-benar menahan para pelaku kriminal yang sangat sangat berat, dengan rekam jejak pelecehan dan masalah yang sangat berat," katanya.
Sejak masa kampanye, Trump memang berjanji akan memulangkan 2 hingga 3 juta imigran dengan rekam jejak kriminal.
Operasi ini dilaksanakan di tengah penangguhan kebijakan imigrasi Trump yang menghentikan sementara pemberian visa bagi warga dari tujuh negara mayoritas Muslim.
Operasi semacam ini sebenarnya sudah biasa dilakukan AS. Saat menjabat pada 2012 lalu, Barack Obama juga pernah dikritik karena mendeportasi lebih dari 400 ribu orang dalam setahun, memecahkan rekor pemulangan imigran yang pernah dilakukan oleh seorang presiden AS.
Credit CNN Indonesia