Rabu, 03 Desember 2014

Jet Tempur Norwegia dan Rusia Nyaris Bertabrakan


 
Foto yang diambil dari dalam kokpit pesawat tempur F-16 milik AU Norwegia memperlihatkan sebuah jet tempur Rusia (kanan bawah) yang memotong lintasan terbang jet Norwegia dan hanya berjarak 20 meter di depan pesawat tersebut.


OSLO, CB — Sebuah pesawat tempur AU Norwegia nyaris bertabrakan dengan sebuah jet tempur Rusia di wilayah utara Norwegia. Demikian ungkap angkatan bersenjata Norwegia, Selasa (2/12/2014), setelah memperlihatkan video insiden itu.

"Pilot Rusia bersikap tidak normal," kata juru bicara angkatan bersenjata Norwegia Brynjar Stordal.

Dalam video yang dirilis pada Minggu (30/11/2014) itu, terlihat sebuah jet tempur Rusia yang kemudian diidentifikasi jenis MiG-31 tiba-tiba memotong jalur terbang dan hanya berjarak 20 meter di depan jet F-16 milik AU Norwegia.

Insiden itu semakin menegaskan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan negara-negara anggota NATO dalam beberapa bulan terakhir terkait krisis Ukraina.

"Kami belum tahu apakah insiden itu sekadar sebuah salah perhitungan atau pesawat itu dengan sengaja memotong jalur F-16 kami," tambah Stordal.

Stordal melanjutkan angkatan bersenjata Norwegia sudah menyampaikan keluhan kepada pihak Rusia dan menyebut insiden itu sebagai hal yang tak diinginkan. Tak seperti Swedia yang memilih menjadi negara netral, Norwegia sejauh ini belum pernah melaporkan adanya pelanggaran wilayah udaranya oleh Rusia dalam beberapa tahun terakhir.

Kini Norwegia mulai terganggu dengan meningkatkan aktivitas angkatan udara Rusia di kawasan itu yang disebutnya sedikit di atas kelaziman. Sejauh ini, Norwegia sudah 43 kali mengerahkan pesawat-pesawatnya untuk memeriksa 69 pesawat Rusia, dibanding 41 insiden yang melibatkan 58 pesawat tahun lalu.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, tahun ini NATO sudah melakukan 400 pencegatan terhadap pesawat-pesawat militer Rusia. Jumlah ini meningkat hingga 50 persen dibanding tahun lalu.

NATO juga mengeluhkan Rusia yang tak membagi informasi terkait rencana terbang pesawat-pesawat militer negeri itu karena bisa memicu bahaya terhadap lalu lintas penerbangan komersial.



Credit KOMPAS.com