Aksi unjuk rasa menolak kekuasaan Abdelaziz
Bouteflika pun dilakukan komunitas diaspora negara itu di Montreal,
Kanada, 10 Maret 2019. (AFP/ MARTIN OUELLET-DIOTTE)
Jakarta, CB -- Presiden Aljazair,
Abdelaziz Bouteflika, telah kembali ke negaranya selepas sejak Februari
menjalani perawatan medis di Swiss. Namun, kepulangannya disambut unjuk
rasa besar-besaran menolak dia niatnya untuk terus berkuasa pada
periode kelima.
Seperti dikutip dari AFP, Istana Kepresidenan Aljazair menyatakan presiden berusia 82 tahun itu pergi ke Jenewa, Swiss, untuk menjalani pengobatan rutin pada 24 Februari 2019 dan baru kembali lagi pada Minggu (10/3).
Kepresidenan pun mengonfirmasi pesawat yang membawa Bouteflika dari Swiss itu mendarat di pangkalan militer Boufarik, wilayah selatan negeri tersebut.
Di satu sisi, kembalinya Bouteflika itu disambut aksi unjuk rasa dari para pelajar dan pekerja transportasi. Mereka menolak keinginan Bouteflika untuk memimpin kembali negara tersebut untuk periode yang kelima. Keinginan Bouteflika yang telah 20 tahun lebih berkuasa itu pun memicu gelombang demonstrasi besar-besaran di Aljazair sejak bulan lalu.
Di satu sisi, Boutefika yang disebutkan kini duduk di kursi roda itu sudah sangat jarang terlihat di depan rakyatnya, terutama sejak stroke pada 2013 silam.
Seperti dikutip dari AFP, Istana Kepresidenan Aljazair menyatakan presiden berusia 82 tahun itu pergi ke Jenewa, Swiss, untuk menjalani pengobatan rutin pada 24 Februari 2019 dan baru kembali lagi pada Minggu (10/3).
Kepresidenan pun mengonfirmasi pesawat yang membawa Bouteflika dari Swiss itu mendarat di pangkalan militer Boufarik, wilayah selatan negeri tersebut.
Di satu sisi, kembalinya Bouteflika itu disambut aksi unjuk rasa dari para pelajar dan pekerja transportasi. Mereka menolak keinginan Bouteflika untuk memimpin kembali negara tersebut untuk periode yang kelima. Keinginan Bouteflika yang telah 20 tahun lebih berkuasa itu pun memicu gelombang demonstrasi besar-besaran di Aljazair sejak bulan lalu.
Di satu sisi, Boutefika yang disebutkan kini duduk di kursi roda itu sudah sangat jarang terlihat di depan rakyatnya, terutama sejak stroke pada 2013 silam.
Pemilu Aljazair sendiri rencananya digelar pada 18 April mendatang.
Pada aksi unjuk rasa yang berlangsung kemarin, setidaknya sekitar seribuan pelajar sekolah menengah atas dan mahasiswa berkumpul di ibu kota negara tersebut. Aksi serupa pun terjadi sejumlah kota-kota lain, termasuk di luar negeri seperti di Paris, Prancis.
Seperti dilansir AFP, sekitar 10.000 warga keturunan Aljazair pun turun ke jalan di Paris untuk melakukan unjuk rasa menolak Bouteflika.
Itu adalah pekan kedua beruntun para demonstran asal Aljazair itu berkumpul di Alun-Alun Republique, di pusat kota Paris. Tak hanya itu, aksi dalam jumlah yang lebih kecil pun terjadi di beberapa kota di Prancis lainnya seperti Marseille dan Bordeaux
Setidaknya saat ini diaspora Aljazair yang berada di Prancis mencapai 1,7 juta jiwa. Beberapa dari anggota kelompok diaspora itu pun sudah ada yang melobi Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk berdiri mendukung mereka menolak Bouteflika. Namun, pemerintahan Paris belum mau mengeluarkan pernyataan keras itu.
Credit cnnindonesia.com