LONDON
- Seorang perempuan yang menjadi penggagas petisi anti Brexit mengaku
mendapatkan ancaman pembunuhan. Tidak hanya sekali, tetapi tiga kali
menerima ancaman itu melalui telepon yang membuatnya "gemetar seperti
daun."
Margaret Georgiadou (77) memulai petisi Cabut Pasal 50, yang telah melampaui empat juta tanda tangan pada Sabtu pagi. Dia mengatakan dia "benar-benar kagum" itu telah menjadi petisi paling populer yang diajukan ke situs web Parlemen.
Tetapi Georgiadou mengatakan bahwa panggilan telepon "mengerikan" membuatnya takut dan marah. Pensiunan dosen itu mengatakan dia juga telah menerima pelecehan melalui akun Facebook-nya.
"Demokrasi diperintah oleh masyarakat untuk masyarakat, bukan mayoritas untuk mayoritas," tegasnya.Margaret Georgiadou (77) memulai petisi Cabut Pasal 50, yang telah melampaui empat juta tanda tangan pada Sabtu pagi. Dia mengatakan dia "benar-benar kagum" itu telah menjadi petisi paling populer yang diajukan ke situs web Parlemen.
Tetapi Georgiadou mengatakan bahwa panggilan telepon "mengerikan" membuatnya takut dan marah. Pensiunan dosen itu mengatakan dia juga telah menerima pelecehan melalui akun Facebook-nya.
"Saya ingin membuktikan itu bukan lagi kehendak rakyat. Sudah tiga tahun yang lalu tetapi pemerintah menjadi terkenal karena mengubah pikiran mereka - jadi mengapa masyarakat tidak bisa?" tanyanya
"Orang-orang harus bertanya pada diri sendiri, siapakah yang menginginkan Brexit? Itu akan membantu Putin, itu akan membantu Trump ... tetapi apakah itu akan membantu kita? Aku meragukannya," tukasnya.
Sejak keberhasilan permohonannya, Georgiadou telah menghadapi kritik atas postingan yang diduga dibuatnya di media sosial, menggunakan bahasa yang mengancam tentang perdana menteri. Ia mengaku tidak mengingat postingannya tersebut.
"Itu pasti pekerjaan yang sangat sulit. Tanggalnya semua salah," ujarnya.
"Teman-temanku menganggapnya lucu. Mereka membuat fotoku mencoba memegang senapan dengan bingkai zimmer-ku. Aku tidak memiliki bingkai zimmer atau senapan," ungkapnya.
Georgiadou mengatakan dia tidak dapat menghadiri aksi demonstrasi untuk referendum UE kedua di London tetapi akan menerima penghormatan dari para demonstran.
"Aku ingin mereka menyanyikan lagu untukku, 'Berbarislah, berbarislah, dengan harapan di hatimu dan kamu tidak akan pernah berjalan sendirian'," pintanya.
Credit sindonews.com