CB, Jakarta - Perlombaan kapal selam
di kawasan Indo-Pasifik memanas. Analis bidang militer mengatakan
kondisi ini terjadi setelah Amerika Serikat menilai perlunya memperkuat
kekuatan wilayah bawah lautnya di kawasan.
Komandan Indo-Pacific Amerika Serikat Phil Davidson sebelumnya telah mengatakan di hadapan anggota Senat Amerika Serikat pada Selasa, 5 Maret 2019, bahwa kemajuan teknologi Cina telah menyaingi militer Amerika Serikat, baik itu di udara maupun luar angkasa. Namun Amerika Serikat masih lebih unggul di bidang kekuatan militer Angkatan Laut.
"Terus membangun kapal selam saat ini sungguh penting. Ini keunggulan paling mencolok saat ini," kata Davidson, seperti dikutip dari scmp.com, Kamis, 7 Maret 2019.
Menurut Song Zhongping, analis bidang militer, pernyataan Davidson itu secara tak langsung membawa pesan Amerika Serikat akan mengirimkan lebih banyak kapal selam nuklir atau SSN seperti kapal selam kelas Virginia dan Los Angeles yang dipersenjatai dengan torpedo dan rudal Tomahawk, ke wilayah tersebut. "Washington telah melihat sebuah ancaman besar dari Angkatan Laut Cina yang teknologi anti-kapal induknya telah sangat berkuasa saat ini. Hanya teknologi SSN Amerika Serikat yang masih memiliki keunggulan asymmetric terhadap Angkatan Bersenjata Cina," kata Song.
Analis militer dari Beijing Li Jie mengatakan Washington diprediksi akan mendorong sekutu-sekutunya dan mitranya di kawasan untuk meningkatkan kemampuan pasukan Angkatan Lautnya dan kemampuan menyerang. Sekarang ini semua kapal selam Amerika Serikat sudah dilengkapi nuklir sehingga lebih tenang dan bisa bergerak diam-diam serta lebih baik dalam melancarkan serangan dibanding kapal selam Cina. Sebelumnya pada awal bulan ini, sekutu Amerika Serikat, Australia mengumumkan telah menandatangani sebuah kesepakatan senilai US$ 50 miliar atau Rp 709 trilun untuk pembelian 12 kapal selam buatan Naval Group. Kapal selam itu rencananya akan dirancang dan dirakit di Australia di bawah sebuah kemitraan strategis sebagai bagian dari program pembangunan kapal nasional pemerintah senilai US$ 63.94 miliar atau Rp 907 triliun.
Komandan Indo-Pacific Amerika Serikat Phil Davidson sebelumnya telah mengatakan di hadapan anggota Senat Amerika Serikat pada Selasa, 5 Maret 2019, bahwa kemajuan teknologi Cina telah menyaingi militer Amerika Serikat, baik itu di udara maupun luar angkasa. Namun Amerika Serikat masih lebih unggul di bidang kekuatan militer Angkatan Laut.
"Terus membangun kapal selam saat ini sungguh penting. Ini keunggulan paling mencolok saat ini," kata Davidson, seperti dikutip dari scmp.com, Kamis, 7 Maret 2019.
Menurut Song Zhongping, analis bidang militer, pernyataan Davidson itu secara tak langsung membawa pesan Amerika Serikat akan mengirimkan lebih banyak kapal selam nuklir atau SSN seperti kapal selam kelas Virginia dan Los Angeles yang dipersenjatai dengan torpedo dan rudal Tomahawk, ke wilayah tersebut. "Washington telah melihat sebuah ancaman besar dari Angkatan Laut Cina yang teknologi anti-kapal induknya telah sangat berkuasa saat ini. Hanya teknologi SSN Amerika Serikat yang masih memiliki keunggulan asymmetric terhadap Angkatan Bersenjata Cina," kata Song.
Analis militer dari Beijing Li Jie mengatakan Washington diprediksi akan mendorong sekutu-sekutunya dan mitranya di kawasan untuk meningkatkan kemampuan pasukan Angkatan Lautnya dan kemampuan menyerang. Sekarang ini semua kapal selam Amerika Serikat sudah dilengkapi nuklir sehingga lebih tenang dan bisa bergerak diam-diam serta lebih baik dalam melancarkan serangan dibanding kapal selam Cina. Sebelumnya pada awal bulan ini, sekutu Amerika Serikat, Australia mengumumkan telah menandatangani sebuah kesepakatan senilai US$ 50 miliar atau Rp 709 trilun untuk pembelian 12 kapal selam buatan Naval Group. Kapal selam itu rencananya akan dirancang dan dirakit di Australia di bawah sebuah kemitraan strategis sebagai bagian dari program pembangunan kapal nasional pemerintah senilai US$ 63.94 miliar atau Rp 907 triliun.
Credit tempo.co