Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Yusran Uccang)
Jakarta, CB -- Dua pesawat angkatan udara Rusia yang membawa sekitar 100 personel tentara dilaporkan mendarat di Venezuela pada akhir pekan lalu.
Sebagaimana dilansir Reuters, satu situs pemantau penerbangan, Flifghtradar24, mendeteksi satu pesawat Ilyushin-62 dan satu pesawat kargo Antonov AN-124 meninggalkan bandara militer Rusia menuju Caracas pada Jumat lalu.
Sebagaimana dilansir Reuters, satu situs pemantau penerbangan, Flifghtradar24, mendeteksi satu pesawat Ilyushin-62 dan satu pesawat kargo Antonov AN-124 meninggalkan bandara militer Rusia menuju Caracas pada Jumat lalu.
Seorang wartawan, Javier Mayorca, mengatakan bahwa pesawat pertama dari Rusia itu membawa Vasily Tonkoshkurov, kepala staf pasukan lapangan.
Sementara itu, kargo kedua mengangkut 35 ton material pertahanan. Menurut situs pemantau penerbangan Adsbexchange, kargo itu meninggalkan Caracas pada Minggu (24/3).
Sejumlah media lokal melaporkan bahwa kedua pesawat itu juga membawa sekitar 100 personel tentara, menunjukkan penguatan hubungan antara Caracas dan Moskow.
Setelah spekulasi meluas, sumber dari Kedutaan Besar Rusia di Venezuela mengatakan kepada Sputnik bahwa pesawat itu membawah pejabat "untuk pertukaran konsultasi."
"Ada sejumlah kontrak yang sedang dalam proses, kontrak militer teknis," demikian laporan Sputnik, mengutip seorang sumber dari kedubes.
Kementerian Informasi Venezuela, juga Kementerian Pertahanan Rusia dan Kementerian Luar Negeri Rusia belum memberikan konfirmasi kepada Reuters terkait laporan tersebut.
Kabar
ini datang di tengah peningkatan ketegangan di Venezuela setelah
pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, mendeklarasikan diri sebagai
presiden interim menggantikan Nicolas Maduro pada Januari lalu.
Guaido langsung mendapatkan dukungan dari 50 negara, termasuk Amerika Serikat. Sementara itu, Maduro tetap didukung oleh sekutunya, seperti Rusia dan China.
Guaido langsung mendapatkan dukungan dari 50 negara, termasuk Amerika Serikat. Sementara itu, Maduro tetap didukung oleh sekutunya, seperti Rusia dan China.
Credit cnnindonesia.com