FAA diminta pro-aktif dalam keselamatan terkait dengan produsen dan maskapai.
CB,
WASHINGTON -- Badan penerbangan sipil Amerika Serikat (FAA) mendapat
banyak kritikan karena mendukung kelaikan terbang Boeing 737 Max 8. Itu
karena banyak negara yang melarang pengoperasian jenis pesawat tersebut,
setelah jatuhnya pesawat Ethiopian Airliner akhir pekan lalu.
Dunia penerbangan biasanya mengikuti petunjuk FAA yang telah dianggap
sebagai standar keselamatan pesawat dunia. Namun, regulator keselamatan
penerbangan lainnya termasuk Uni Eropa, Cina, Australia, Inggris dan
Kanada telah memutuskan tidak menunggu FAA bertindak.
Kecelakaan
Ethipian Airlines terjadi hanya lima bulan setelah jatuhnya pesawat
jenis sama Boeing 737 Max 8 yang dioperasikan Lion Air di Indonesia.
Ketua Komite Transportasi dan Infrastruktur Gedung Putih Peter DeFazio
mengaku khawatir regulator penerbangan internasional lebih banyak
memberikan kepastian terbang bagi publik daripada FAA.
"Dalam
beberapa hari mendatang, sangat penting bagi kami untuk mendapatkan
jawaban tentang apa yang menyebabkan kehancuran pesawat Ethiopian
Airlines 302 dan apakah ada hubungan dengan apa yang menyebabkan
kecelakaan Lion Air hanya lima bulan yang lalu," kata DeFazio, Rabu
(13/3).
FAA
diminta pro-aktif dalam keselamatan berkaitan dengan produsen dan
maskapai pesawat. FAA dan maskapai penerbangan juga diminta untuk
menghentikan sementara pengoperasian Boeing 737 Max 8 sampai
penyelidikan tentang penyebab kecelakaan Ethiopian Air selesai, untuk
melihat penyebab kecelakaan sama dengan Lion Air pada Oktober 2018 lalu.
"Mereka
belum menunjukkan bukti masalah yang kita lihat dengan dua tabrakan ini
bukanlah masalah yang berpotensi ada di AS," kata penasihat penerbangan
untuk Consumer Reports McGee.
Mantan
Sekretaris Transportasi Ray LaHood juga menyerukan agar AS menghentikan
737 Max 8, tepat saat agensinya menghentikan penerbangan pesawat Boeing
lain enam tahun lalu karena masalah keamanan.
"Pesawat-pesawat
ini perlu diperiksa sebelum orang-orang menaikinya, publik yang terbang
mengharapkan seseorang di pemerintahan menjaga keselamatan, dan itu
tanggung jawab departemen transportasi," ujarnya.
LaHood
adalah sekretaris Departemen Perhubungan pada 2013 ketika departemen
tersebut menghentikan Boeing 787 karena paket baterai lithium-ion yang
terlalu panas. Pesawat-pesawat menganggur selama kurang dari sebulan,
sampai Boeing membuat kompartemen tahan api baru di sekitar baterai.
LaHood
mengatakan sekretaris saat ini Elaine Chao harus melakukan hal yang
sama dengan Max 8, meski bertentangan dengan FAA yang tidak mengambil
tindakan dalam menghadapi lusinan negara lain yang melarang pesawat
terbang dari langit mereka.
"Sekretaris memiliki wewenang
menangguhkan pesawat-pesawat ini. Dia memiliki wewenang untuk
melakukannya, apa pun yang dipikirkan FAA," katanya.
Meski
para penyelidik kecelakaan senior membela FAA, yang mengatakan tidak ada
data untuk menghubungkan kedua kecelakaan itu. "Saya tidak melihat
fakta untuk membenarkan apa yang telah mereka lakukan," kata konsultan
keselamatan independen dan mantan anggota Dewan Keselamatan Transportasi
Nasional, John Goglia.
"Jika mereka memiliki fakta, saya
berharap mereka akan membaginya dengan seluruh dunia sehingga kita dapat
melindungi masyarakat yang bepergian dengan udara," katanya.
FAA
mengatakan sedang meninjau semua data yang tersedia. Sejauh ini tidak
menemukan dasar untuk menghentikan operasional Boeing 737 Max 8.
Presiden
dan CEO dari konsultan penerbangan Safety Operating Systems, John Cox,
mengatakan negara-negara yang melarang Boeing 737 Max 8 terbang mungkin
telah menghubungkan kecelakaan Ethiopia dan Indonesia meskipun
penyelidik belum menganalisis kotak hitam pesawat Ethiopia.
Regulator
keselamatan udara di setidaknya 40 negara, termasuk Uni Eropa, telah
melarang Boeing 737 Max 8 jet terbang dari wilayah udara mereka setelah
kecelakaan mematikan di Ethiopia. Selain itu, setidaknya 10 maskapai
penerbangan di seluruh dunia telah berhenti menerbangkan jenis pesawat
tersebut. Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa, yang mencakup 32 negara,
Selasa kemarin juga mengumumkan mereka akan melarang pesawat itu
terbang di wilayah udaranya.