Produksi rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer adalah dilarang.
CB,
BERLIN -- Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan telah
membahas tentang perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF)
dengan Rusia. Ia meminta Moskow berhenti melanggar INF agar perjanjian
itu tetap langgeng.
"Saya telah berbicara dengan kolega Rusia saya tentang hal itu (INF)
dan mengatakan kepadanya bahwa kami mengandalkan Rusia untuk mengoreksi
pelanggaran perjanjian tersebut dan melucuti rudal jelajahnya sehingga
perjanjian INF masih memiliki peluang," kata Maas pada Rabu (23/1).
INF
ditandatangani Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet pada 1987.
Perjanjian tersebut melarang kedua belah pihak memproduksi atau memiliki
rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.
Pekan
lalu AS mengatakan telah gagal menegosiasikan perjanjian INF dengan
Rusia. Oleh sebab itu Washington akan memulai proses penarikan diri dari
INF bulan depan.
"Kami tidak dapat menemukan jalan baru
kemarin dengan Rusia," kata Wakil Menteri AS untuk Kontrol Senjata dan
Keamanan Internasional Andrea Thompson seusai bertemu perwakilan Rusia
di Jenewa, Swiss, pekan lalu.
Dia
mengklaim Rusia menolak mengizinkan inspeksi terhadap sistem rudalnya
yang diduga melanggar ketentuan INF. "Berdasarkan diskusi kemarin dan
retorika yang sesuai hari ini, kami tidak melihat indikasi bahwa Rusia
akan memilih kepatuhan," ujarnya.
Sementara itu Menteri
Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan negaranya tetapkan akan
berupaya menyelamatkan INF. Ia akan terus melalukan pendekatan ke AS
agar sudi mengubah keputusannya.
Berbeda dengan pernyataan
Thompson, Lavrov mengatakan negaranya telah menawarkan agar para ahli
AS dapat menginspeksi dan melihat rudal 9M729 ketika negosiasi di Jenewa
berlangsung. Keberadaan rudal itu, menurut AS, telah melanggar INF.
Namun tawaran itu ditolak.
"Logika semua pendekatan AS
yang disuarakan kemarin hanya itu, 'Anda melanggar perjanjian, kami
tidak melanggar, oleh karena itu Anda, Rusia, wajib melakukan apa yang
kami minta dari Anda dan kami tidak harus melakukan apa pun'," kata
Lavrov.