Jumat, 14 September 2018

Jika Perang Lawan Cina, Duterte Mengaku Filipina Bakal Dibantai



Presiden Filipina Rodrigo Duterte, dan Presiden Cina Xi Jinping berjabat tangan setelah upacara penandatanganan di Beijing, Cina, 20 Oktober 2016. AP Photo
Presiden Filipina Rodrigo Duterte, dan Presiden Cina Xi Jinping berjabat tangan setelah upacara penandatanganan di Beijing, Cina, 20 Oktober 2016. AP Photo

CB, Manila – Presiden Filipina,  Rodrigo Duterte, mengaku sedang bertengkar dengan pemerintah Cina saat ini. Ini terjadi setelah pasukan Cina mengusir pesawat terbang milik Angkatan Laut Filpina, yang terbang di atas Laut Filipina Barat atau Laut Cina Selatan, yang menjadi sengketa kedua negara, pada Agustus 2018.


Namun, Duterte mengaku tidak akan mau berperang dengan Cina mengenai sengketa wilayah laut ini karena itu hanya akan berakhir dengan pembantaian pasukan Filipina.
“Saya tidak bisa memaksa mereka untuk pergi dari wilayah itu karena saya akan terlibat dalam perang, yang bakal membuat kita kalah,” kata Duterte seperti dilansir media lokal PhilStar Global pada Rabu, 12 September 2018.


 
Duterte melanjutkan,”Jika saya mengatakan kepada kalian ayo maju, apakah kalian akan mampu bertahan? Itu hanya akan berakhir dengan pembantaian. Kita berpikir tidak hanya mengenai saya tapi juga pejabat militer di kabinet.”
Seperti dilaporkan media massa pada Agustus 2018, pesawat AL Filipina mendapat peringatan keras dari militer Cina saat terbang di atas pulau buatan Cina di Laut Filipina Barat.
Saat itu, militer Cina mendesak pesawat Filipina untuk segera pergi dari wilayah sengketa atau menanggung resiko atas semua konsekuensi.


Seperti dilansir Reuters, militer Cina telah membangun sejumlah pulau buatan di Laut Cina Selatan dan membangun pangkalan militer di atasnya.


Menurut Philstar, Cina juga membangun pulau buatan di sekitar Laut Filipina Barat seperti di kawasan Kagitingan (Fiery Cross), Panganiban (Mischief), Zamora (Subi), dan Burgos (Gaven), Kennan (Hughes), Mabini (Johnson) dan karang Calderon (Cuarteron), yang terletak di sekitar Provinsi Palawan.


Sebelumnya, Duterte dikritik karena dinilai bersikap lemah terhadap perilaku Cina di Laut Cina Selatan. Duterte, beberapa bulan lalu, pergi ke Cina dan mendapat komitmen pencairan utang untuk membangun infrastruktur. Namun, kucuran dana kredit itu jauh di bawah harapan, yang membuat Duterte mengkritik Cina.
Juru bicara Presiden Filipina, Harry Roque, mengatakan hubungan Filipina dan Cina masih baik. Dia juga mengatakan kedua negara tidak bertengkar. “Tapi mungkin dia (Duterte) sempat marah. Itu ekspresi yang lebih tepat. Dia marah karena ada laporan soal peringatan terhadap pilot kita yang terbang di atas area milik kita,” kata dia.




Credit  tempo.co