Senin, 11 Juni 2018

Eropa Tolak Usul Trump untuk Masukkan Rusia ke G7


Eropa Tolak Usul Trump untuk Masukkan Rusia ke G7
G7 dengan beranggotakan AS, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang, serta Uni Eropa. (Reuters/Yves Herman)



Jakarta, CB -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ingin Rusia kembali masuk keanggotaan forum tujuh negara maju utama penggerak ekonomi dunia atau yang dikenal dengan G7. Pernyataan tersebut disampaikannya saat akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang digelar di Quebec, Kanada, pada 8-9 Juni 2018.

Sebelumnya, Rusia masuk ke forum ini dan disebut G8 pada 1998. Namun, Rusia keluar pada 2014 dan forum menjadi G7 dengan beranggotakan AS, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang, serta Uni Eropa.

Padahal, menurut Trump, kehadiran Rusia yang merupakan salah satu negara dengan perekonomian besar seharusnya diperhatikan.


"Saya akan merekomendasikan (Rusia dimasukkan), itu terserah mereka (anggota G7 lain). Tapi Rusia seharusnya ada di pertemuan itu, menjadi bagian itu," ujar Trump, dilansir dari AFP, Sabtu (9/6).



Namun, keinginan Trump itu ditentang oleh para anggota G7, khususnya dari negara-negara Uni Eropa. Presiden Perancis Emmanuel Marcon, Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri Inggris Theresa May, dan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menyatakan penolakan tersebut di tengah perhelatan KTT G7.

Alasan utama yang mendasari penolakan itu karena Rusia pernah memberi dukungan kepada kelompok separatis di timur Ukraina. Menurut negara-negara Eropa, Rusia tidak bisa diterima sampai ada perbaikan dalam krisis di Ukraina.

"Kami sepakat bahwa kembalinya Rusia ke G7 tidak dapat terjadi, kecuali kemajuan substansial dibuat dalam hal masalah dengan Ukraina," kata Merkel di sela perhelatan KTT G7.


Alasan lain, Rusia ikut campur terhadap rencana pembunuhan para pembangkang Rusia di tanah Eropa. Maret lalu, seorang mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal yang kini tinggal di Inggris, diracuni. Inggris menuding Rusia menjadi dalang serangan racun itu, namun Rusia membantah.

Di Amerika Serikat, Rusia juga dituding ikut campur dalam pemilu presiden 2016 yang akhirnya dimenangkan Trump. Baik Trump ataupun Rusia juga membantah tudingan ini.

Sementara Presiden Uni Eropa Donald Tusk, rupanya tak ingin membahas usul Trump. Namun, ia menyatakan bahwa forum tersebut lebih baik berjalan dengan anggota saat ini.

"Mari biarkan G7 apa adanya, itu angka keberuntungan, setidaknya dalam budaya kita," pungkasnya.







Credit  cnnindonesia.com