CB, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin meminta Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk menarik pasukan asing dari wilayah Suriah
termasuk milisi Hizbullah Iran, pasukan Turki, dan Amerika Serikat.
Pernyataan ini disampaikan diplomat Rusia untuk Suriah, Alexander
Lavrentiev, usai pertemuan antara Putin dan Assad di Sochi, Rusia, pada
Kamis 17 Mei 2018, seperti dilansir Al-Arabiya.
"Pernyataan ini melibatkan semua pasukan asing di Suriah termasuk Turki, Amerika, Iran dan Hizbollah," ujar Lavrentiev dan menambahkan permintaan ini mewakili pesan politik.
Lavrentiev menekankan bahwa pernyataan Putin tentang masalah ini mewakili "pesan politik", tetapi menambahkan "tidak melihatnya sebagai awal dari proses penarikan pasukan asing dari Suriah." Menurut Lavrentiev, langkah ini harus dilaksanakan secara kolektif dan paralel untuk stabilitas demi mengakhiri konfrontasi militer di Suriah.
Putin mengatakan sebelumnya pada Kamis setelah bertemu dengan Assad, "Kita mulai dari kemenangan nyata dan keberhasilan pasukan Suriah dalam perang melawan terorisme dan memulai babak baru dari proses politik, yang akan diikuti sejak awal, dimulai dari penarikan pasukan asing dari wilayah Suriah."
Nama sistem pertahanan udara buatan Uni Soviet, S-125 Pechora, kembali populer, setelah Suriah menggunakannya saat menghadapi serangan udara Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, pada 14 April 2018. Rudal pertahanan udara yang dikembangkan pada 1961-1964 ini mempunyai mampu melesat hinggak kecepatan 3 Mach, dengan jangkauan 2,5-22 kilometer, dan ketinggian maksimum 18 km. southfront.org
Sementara dilansir dari Haaretz, pasukan asing yang saat ini berada di Suriah termasuk pasukan Rusia, Iran, Turki dan Amerika Serikat, serta Hizbullah Lebanon dan milisi pro-Assad lainnya.
Dalam pertemuan Vladimir Putin dan Bashar al-Assad, kedua pemimpin menekankan pentingnya menciptakan kondisi untuk solusi politik terhadap konflik di Suriah. Rusia adalah sekutu penting Assad. Dukungan militer dari Moskow telah memungkinkan presiden Suriah untuk membuat keuntungan teritorial besar dalam beberapa bulan terakhir terhadap pemberontak di Suriah.
Bulan lalu Rusia mengisyaratkan akan memasok senjata canggih ke Assad meskipun ada keberatan Israel. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa serangan Barat di Suriah telah memperkuat alasan untuk mempersenjatai Suriah.
Namun salah satu staf Vladimir Putin yang mengawasi kerja sama militer dengan negara-negara asing menyarankan hanya dua hari setelah kunjungan Netanyahu ke Moskow bahwa Putin menerima kekhawatiran Israel atas kehadiran milisi Iran di Suriah. Staf itu mengatakan Rusia tidak sedang dalam kesepakatan dengan Suriah untuk menyediakan sistem pertahanan udara S-300 dan militer Suriah sudah memiliki semua yang dibutuhkan.
Israel tembakkan roket ke fasilitas militer Iran di Suriah. [Al Jazeera]
Pekan lalu milisi Iran menembakkan 20 roket ke posisi Israel di Dataran Tinggi Golan. Sebagai tanggapan, Israel melakukan serangan di Suriah dalam beberapa dekade, secara terbuka menyerang lusinan target militer dan logistik Iran di Suriah.
Militer Israel menuduh pasukan Garda Revolusi Iran Al Quds dan komandannya, Mayor Jenderal Qassem Soleimani, meluncurkan roket ke Dataran Tinggi Golan, Israel.
Pemimpin kelompok Hizbollah Libanon, Sayyid Hassan Nasrallah, mengatakan pada Senin bahwa serangan rudal dari Suriah ke Dataran Tinggi Golan menandai babak baru dalam perang Suriah.
"Pernyataan ini melibatkan semua pasukan asing di Suriah termasuk Turki, Amerika, Iran dan Hizbollah," ujar Lavrentiev dan menambahkan permintaan ini mewakili pesan politik.
Lavrentiev menekankan bahwa pernyataan Putin tentang masalah ini mewakili "pesan politik", tetapi menambahkan "tidak melihatnya sebagai awal dari proses penarikan pasukan asing dari Suriah." Menurut Lavrentiev, langkah ini harus dilaksanakan secara kolektif dan paralel untuk stabilitas demi mengakhiri konfrontasi militer di Suriah.
Putin mengatakan sebelumnya pada Kamis setelah bertemu dengan Assad, "Kita mulai dari kemenangan nyata dan keberhasilan pasukan Suriah dalam perang melawan terorisme dan memulai babak baru dari proses politik, yang akan diikuti sejak awal, dimulai dari penarikan pasukan asing dari wilayah Suriah."
Nama sistem pertahanan udara buatan Uni Soviet, S-125 Pechora, kembali populer, setelah Suriah menggunakannya saat menghadapi serangan udara Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, pada 14 April 2018. Rudal pertahanan udara yang dikembangkan pada 1961-1964 ini mempunyai mampu melesat hinggak kecepatan 3 Mach, dengan jangkauan 2,5-22 kilometer, dan ketinggian maksimum 18 km. southfront.org
Sementara dilansir dari Haaretz, pasukan asing yang saat ini berada di Suriah termasuk pasukan Rusia, Iran, Turki dan Amerika Serikat, serta Hizbullah Lebanon dan milisi pro-Assad lainnya.
Dalam pertemuan Vladimir Putin dan Bashar al-Assad, kedua pemimpin menekankan pentingnya menciptakan kondisi untuk solusi politik terhadap konflik di Suriah. Rusia adalah sekutu penting Assad. Dukungan militer dari Moskow telah memungkinkan presiden Suriah untuk membuat keuntungan teritorial besar dalam beberapa bulan terakhir terhadap pemberontak di Suriah.
Bulan lalu Rusia mengisyaratkan akan memasok senjata canggih ke Assad meskipun ada keberatan Israel. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa serangan Barat di Suriah telah memperkuat alasan untuk mempersenjatai Suriah.
Namun salah satu staf Vladimir Putin yang mengawasi kerja sama militer dengan negara-negara asing menyarankan hanya dua hari setelah kunjungan Netanyahu ke Moskow bahwa Putin menerima kekhawatiran Israel atas kehadiran milisi Iran di Suriah. Staf itu mengatakan Rusia tidak sedang dalam kesepakatan dengan Suriah untuk menyediakan sistem pertahanan udara S-300 dan militer Suriah sudah memiliki semua yang dibutuhkan.
Israel tembakkan roket ke fasilitas militer Iran di Suriah. [Al Jazeera]
Pekan lalu milisi Iran menembakkan 20 roket ke posisi Israel di Dataran Tinggi Golan. Sebagai tanggapan, Israel melakukan serangan di Suriah dalam beberapa dekade, secara terbuka menyerang lusinan target militer dan logistik Iran di Suriah.
Militer Israel menuduh pasukan Garda Revolusi Iran Al Quds dan komandannya, Mayor Jenderal Qassem Soleimani, meluncurkan roket ke Dataran Tinggi Golan, Israel.
Pemimpin kelompok Hizbollah Libanon, Sayyid Hassan Nasrallah, mengatakan pada Senin bahwa serangan rudal dari Suriah ke Dataran Tinggi Golan menandai babak baru dalam perang Suriah.
Credit tempo.co