BAGHDAD
- Muntadhar Al-Zaidi, wartawan Irak yang sepuluh tahun silam
melemparkan dua sepatunya ke arah Presiden Amerika Serikat George W.
Bush mencalonkan diri sebagai anggota dewan perwakilan rakyat (DPR)
Irak.
Aksi Zaidi pada bulan Desember 2008 menjadi pemberitaan media internasional. Gara-gara lemparan sepatu yang dia sebut "ciuman perpisahan dari rakyat Irak" membuat Bush dua kali membungkuk untuk menghindar.
Wartawan itu akan mengikuti pemilu parlemen Irak yang berlangsung 12 Mei mendatang. Dia mengaku terpanggil ke dunia politik karena karena menganggap para anggota pemerintah Irak telah gagal mengubah nasib negaranya.
Dalam wawancara dengan koran lokal, Al Bawaba News, dia berjanji untuk mengakhiri korupsi, menghentikan pemborosan uang publik, memotong pensiun bagi para pejabat Irak dan membela hak-hak warga negara biasa.
Zaidi dengan cepat mendapatkan banyak pendukung. Dia dianggap berpemikiran sama dengan kebanyakan warga Irak yang ingin nasib negara itu berubah. Para pendukung Zaidi ramai-ramai berpose dengan posternya yang telah menyebar.
Wartawan Irak ini pada tahun 2011 membentuk kelompok nirlaba untuk membantu anak-anak korban pendudukan pimpinan Amerika Serikat agar hidup dalam keamanan. Dia berjanji untuk menang dalam pemilu demi anak-anak Irak.
"Untuk anak-anak Irak kita akan menang," tulis Zaidi di akun Twitter-nya, @muntazer_zaidi yang dikutip Kamis (3/5/2018).
Intervensi Amerika di Irak, yang dimulai pada 2003 selama masa kepresidenan George W. Bush, menghasilkan satu dekade pertumpahan darah bagi bangsa Timur Tengah. Dengan dalih melucuti senjata pemusnah massal, AS dan sekutunya menggulingkan rezim Presiden Saddam Hussein. Namun, tumbangnya Saddam Hussein justru jadi bencana baru di Irak karena konflik sektarian pecah berkepanjangan.
Zaidi, yang menganggap AS bertanggung jawab atas keadaan tragis di negaranya, percaya bahwa skenario yang sama sekarang dimainkan di Suriah. Dia juga menuduh pasukan AS hanya berpura-pura menjadi "cukup demokratis", sementara pada saat yang sama terlalu jauh dari demokrasi.
Aksi Zaidi pada bulan Desember 2008 menjadi pemberitaan media internasional. Gara-gara lemparan sepatu yang dia sebut "ciuman perpisahan dari rakyat Irak" membuat Bush dua kali membungkuk untuk menghindar.
Wartawan itu akan mengikuti pemilu parlemen Irak yang berlangsung 12 Mei mendatang. Dia mengaku terpanggil ke dunia politik karena karena menganggap para anggota pemerintah Irak telah gagal mengubah nasib negaranya.
Dalam wawancara dengan koran lokal, Al Bawaba News, dia berjanji untuk mengakhiri korupsi, menghentikan pemborosan uang publik, memotong pensiun bagi para pejabat Irak dan membela hak-hak warga negara biasa.
Zaidi dengan cepat mendapatkan banyak pendukung. Dia dianggap berpemikiran sama dengan kebanyakan warga Irak yang ingin nasib negara itu berubah. Para pendukung Zaidi ramai-ramai berpose dengan posternya yang telah menyebar.
Wartawan Irak ini pada tahun 2011 membentuk kelompok nirlaba untuk membantu anak-anak korban pendudukan pimpinan Amerika Serikat agar hidup dalam keamanan. Dia berjanji untuk menang dalam pemilu demi anak-anak Irak.
"Untuk anak-anak Irak kita akan menang," tulis Zaidi di akun Twitter-nya, @muntazer_zaidi yang dikutip Kamis (3/5/2018).
Intervensi Amerika di Irak, yang dimulai pada 2003 selama masa kepresidenan George W. Bush, menghasilkan satu dekade pertumpahan darah bagi bangsa Timur Tengah. Dengan dalih melucuti senjata pemusnah massal, AS dan sekutunya menggulingkan rezim Presiden Saddam Hussein. Namun, tumbangnya Saddam Hussein justru jadi bencana baru di Irak karena konflik sektarian pecah berkepanjangan.
Zaidi, yang menganggap AS bertanggung jawab atas keadaan tragis di negaranya, percaya bahwa skenario yang sama sekarang dimainkan di Suriah. Dia juga menuduh pasukan AS hanya berpura-pura menjadi "cukup demokratis", sementara pada saat yang sama terlalu jauh dari demokrasi.
Credit sindonews.com