Senin, 02 Oktober 2017

Referendum Kemerdekaan Catalonia Rusuh, Polisi Spanyol Rebut Kotak Suara



Referendum Kemerdekaan Catalonia Rusuh, Polisi Spanyol Rebut Kotak Suara
Polisi Spanyol bentrok dengan para pemilih referendum kemerdekaan Catalonia di Sant de Julia Ramis, Minggu (1/10/2017). Foto/REUTERS/Juan Medina



BARCELONA - Proses pemungutan suara referendum kemerdekaan Catalonia (Catalan) diwarnai bentrokan antara polisi anti-huru-hara dengan para pemilih. Para polisi Spanyol yang dikerahkan merebut kotak dan surat suara.

Seorang saksi mata kepada Reuters, Minggu (1/10/2017), mengatakan bentrok pecah di luar stasiun pemungutan suara di Barcelona. Beberapa orang dilaporkan terluka dan diangkut dengan ambulans.

Para pemilih beteriak di hadapan polisi Spanyol; ”Kami adalah orang-orang yang damai. Kami tidak takut.”

Di tempat lain di wilayah timur laut, beberapa stasiun pemungutan suara dibuka pada pukul 09.00 waktu setempat. Orang-orang telah memberikan hak suara.

Pemerintah Spanyol telah melarang referendum kemerdekaan digelar. Perangkat IT pemungutan suara telah ditutup.

Namun, juru bicara pemerintah daerah Catalonia, Jordi Turull, mengatakan bahwa pemilih diberi kemudahan. Mereka bisa menggunakan kertas suara referendum di rumah dan akan diterima sebagai hasil sahih.

Pemungutan suara sedianya digelar di 2.300 sekolah, namun polisi Spanyol bertindak keras dengan menutup gedung-gedung tempat pemungutan suara tersebut.

Data dari pemerintah Catalonia, ada 5,3 juta pemilih yang berhak untuk memberikan suara pada hari Minggu.

Polisi anti-huru-hara Spanyol dilaporkan berhasil masuk ke sebuah tempat pemungutan suara di Sant Julia de Ramis, dekat Kota Catalan, Girona, di mana Presiden Catalan Carles Puigdemont diharapkan untuk memilih.

Petugas Garda Sipil beperisai menggunakan palu untuk menghancurkan kaca pintu depan tempat pemungutan suara. Sebuah video di situs surat kabar El Pais menunjukkan polisi tidak dikenal terlibat bentrok dengan sekelompok pemilih yang marah di salah satu sekolah di Barcelona. Para pemilih mengepalkan tangan dan berteriak; “keluar”.

”Pemerintah saat ini berada dalam posisi untuk menegaskan bahwa kita dapat merayakan referendum penentuan nasib sendiri, tidak seperti yang kita inginkan, tapi (akan ada jaminan demokratis),” ujar Turull. 



Credit  sindonews.com


Referendum Catalonia Berujung Bentrok, 460 Lebih Cedera



Referendum Catalonia Berujung Bentrok, 460 Lebih Cedera
Lebih dari 460 orang terluka setelah terjadi bentrokan antara polisi Spanyol dengan warga Catalan yang ingin memberikan suara dalam referendum kemerdekaan. Foto/Istimewa



BARCELONA - Walikota Barcelona mengatakan lebih dari 460 orang telah terluka dalam kerusuhan di Catalonia. Kerusuhan dipicu bentrokan antara polisi huru hara dengan orang-orang yang telah berkumpul untuk referendum.

"Sebagai walikota Barcelona, saya menuntut segera keputusan polisi terhadap penduduk yang tidak berdaya," kata Ada Colau dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Minggu (1/10/2017).

Dalam sebuah pernyataan terpisah, dinas kesehatan Catalan mengatakan bahwa 465 telah terluka, dengan dua orang dalam kondisi serius di rumah sakit.

Sebelumnya, pemerintah Spanyol telah melarang pelaksanaan referendum kemerdekaan Catalonia. Pemerintah Spanyol mengatakan referendum kemerdekaan untuk wilayah timur laut tidak konstitusional. Mahkamah Konstitusi negara tersebut telah menangguhkan pemungutan suara sehingga dapat mempertimbangkan masalah tersebut.

Polisi Spanyol telah berhari-hari memeriksa perangkat referendum seperti surat suara. Mereka menjalankan perintah pengadilan untuk menghentikan referendum Catalonia karena dianggap inkonstitusional.

Pemungutan suara sedianya digelar di 2.300 sekolah, namun polisi Spanyol bertindak keras dengan menutup gedung-gedung tempat pemungutan suara tersebut. Data dari pemerintah Catalonia, ada 5,3 juta pemilih yang berhak untuk memberikan suara pada hari Minggu. 




Credit  sindonews.com


Korban Bentrok Referendum Catalonia Melonjak Jadi 760



Korban Bentrok Referendum Catalonia Melonjak Jadi 760
Lebih dari 760 orang terluka dalam bentrokan dengan polisi di Catalonia. Foto/Istimewa



BARCELONA - Lebih dari 760 orang terluka dalam bentrokan di Catalonia terkait penyelenggaraan referendum kemerdekaan di wilayah timur Spanyol itu. Bentrokan melibatkan polisi anti huru hara dengan orang-orang yang telah berkumpul untuk memberikan suaranya dalam referendum yang dilarang pemerintah Spanyol.

Polisi anti huru hara Spanyol memasuki lokasi pemungutan suara di Catalonia pada hari Minggu. Mereka menyita kotak suara dan surat suara untuk mencegah referendum kemerdekaan seperti dikutip dari Euractiv, Senin (2/10/2017).

Polisi memukul orang-orang dengan tongkat, menembakkan peluru karet ke orang banyak dan secara paksa memindahkan calon pemilih dari tempat pemungutan suara.

Di banyak tempat, orang tidak bisa mengakses kotak suara. Di sebuah kota di provinsi Girona dimana pemimpin Catalan Carles Puigdemont dijadwalkan untuk memilih, polisi Garda Sipil menghancurkan panel kaca untuk membuka pintu dan mencari kotak suara.

Puigdemont memilih di kota yang berbeda di provinsi ini. Dia menuduh Spanyol melakukan kekerasan yang tidak adil dalam menghentikan pemungutan suara dan mengatakan bahwa hal itu menciptakan citra Spanyol yang mengerikan.

Tindakan polisi Spanyol ini dikutuk oleh dunia internasional, namun digambarkan oleh pemerintah sebagai tindakan proporsional.

Referendum tersebut, yang dinyatakan ilegal oleh pemerintah pusat Spanyol, telah membuat negara ini memasuki krisis konstitusional terdalam dalam beberapa dasawarsa dan memperdalam keretakan antara Madrid dan Barcelona selama berabad-abad.

Terlepas dari tindakan polisi, ratusan antrian orang terbentuk di kota-kota dan desa-desa di seluruh wilayah untuk memberikan suara mereka.

"Saya sangat senang karena terlepas dari semua rintangan yang mereka hadapi, saya telah berhasil memberikan suara," kata Teresa, seorang pensiunan berusia 72 tahun di Barcelona yang telah antre selama enam jam untuk memilih.

"Jam operasional tempat pemungutan suara tidak akan diperpanjang," kata juru bicara pemerintah daerah, namun semua yang masih mengantri akan diizinkan untuk memilih.

"Masih belum diketahui kapan hasilnya akan diumumkan," katanya, menambahkan hari itu sudah sangat panjang dan ini akan menjadi penghitungan yang panjang. 

Pemimpin Catalan Carles Puigdemont awalnya mengatakan bahwa jika pemungutan suara "ya" atau mendukung kemerdekaan menang, pemerintah Catalan akan mendeklarasikan kemerdekaan dalam waktu 48 jam. Namun para pemimpin regional membenarkan tindakan keras Madrid telah menggerogoti pemungutan suara.




Credit  sindonews.com