Senin, 02 Oktober 2017

Referendum Catalonia Berujung Bentrok, Pemimpin Eropa Kutuk Spanyol



Referendum Catalonia Berujung Bentrok, Pemimpin Eropa Kutuk Spanyol
Sejumlah pemimpin Eropa mengutukan tindakan kekerasan polisi Spanyol terhadap para pemilih referendum Catalonia. Foto/Istimewa



LONDON - Sejumlah pemimpin Eropa mengutuk tindakan kekerasan pasukan keamanan Spanyol terhadap pemilih referendum Catalonia. Setidaknya lebih dari 760 orang terluka, beberapa diantaranya mengalami luka serius, akibat tindakan kekerasan polisi Spanyol.

Polisi anti huru hara Spanyol memasuki lokasi pemungutan suara di Catalonia pada hari Minggu. Mereka menyita kotak suara dan surat suara untuk mencegah referendum kemerdekaan .

Polisi memukul orang-orang dengan tongkat, menembakkan peluru karet ke orang banyak dan secara paksa memindahkan calon pemilih dari tempat pemungutan suara.

Tindakan represif polisi Spanyol pun menuai kecaman dari sejumlah pemimpin Eropa.

"Saya tidak ingin mengganggu masalah domestik Spanyol tapi saya benar-benar mengutuk apa yang terjadi hari ini di Catalonia," kata kepala parlemen EU Brexit, Guy Verhofstadt, seperti dikutip Sputnik dari The Guardian, Senin (2/10/2017).

"Terlepas dari pandangan tentang kemerdekaan, kita semua harus mengutuk pemandangan yang disaksikan dan meminta Spanyol untuk mengubah arah sebelum seseorang terluka parah," menurut pemimpin Skotlandia Nicola Sturgeon.

"Referendum adalah masalah bagi pemerintah dan masyarakat Spanyol," Kementerian Luar Negeri Inggris dengan hati-hati mengomentari situasi di Catalonia.

"Kami ingin melihat undang-undang Spanyol dan konstitusi Spanyol dihormati dan peraturan hukum dijunjung tinggi," imbuh pernyataan itu.

"Kekerasan tidak akan pernah menjadi jawabannya! Kami mengutuk semua bentuk kekerasan dan menegaskan kembali seruan kami untuk dialog politik," kata Perdana Menteri Belgia Charles Michel.

"Posisi kami jelas dan berprinsip, Spanyol adalah salah satu teman terhebat Serbia. Madrid berada pada posisi yang sama dalam masalah integritas teritorial Serbia," kata Menteri Luar Negeri Serbia Ivica Dacic

Menteri Perekonomian Perancis, Bruno Le Maire, mengatakan, "Spanyol adalah negara yang ramah, orang yang angkuh. Jelas saya berharap bahwa perdamaian sipil akan memerintah di Spanyol." 




Credit  sindonews.com


Negara Eropa Keluarkan Travel Advice ke Catalonia



Negara Eropa Keluarkan Travel Advice ke Catalonia
Sejumlah negara Eropa mengeluarkan travel advice ke Catalonia mengingat wilayah itu akan menggelar referendum pada akhir pekan ini. Foto/Istimewa



BERLIN - Beberapa negara Eropa mendesak warganya di Catalonia untuk berhati-hati. Catalonia dijadwalkan akan menggelar referendum kemerdekaan pada akhir pekan ini meski dilarang oleh pemerintah pusat di Madrid.

Dalam sebuah Travel Advice terbaru untuk Spanyol yang diposting di situsnya, kementerian luar negeri Jerman mengatakan kepada para pelancong bahwa demonstrasi besar diprediksi bakal terjadi pada akhir pekan, terutama di ibukota regional Barcelona.

"Sebuah eskalasi tidak dapat dikesampingkan," bunyi pesan tersebut seperti dikutip dari France24, Minggu (1/10/2017).

Kementerian tersebut mengatakan bahwa pihaknya menyarankan untuk mengikuti laporan media lokal, menghindari kerumunan orang-orang dan benar-benar mematuhi instruksi dari pasukan keamanan.

Sementara kementerian luar negeri Belanda memperingatkan demonstrasi dan aksi protes. "Hindari aksi protes. Waspadalah," bunyi peringatan yang dikeluarkan, menyusul sebuah saran serupa yang dikeluarkan di Prancis pada hari Kamis lalu.

"Demonstrasi dapat berlanjut di hari-hari yang akan datang dan mengganggu transportasi," kata kementerian luar negeri di Paris, meminta warga negara Prancis untuk memperhatikan saran yang diberikan oleh pihak berwenang Spanyol.

Sementara itu Warsawa mengatakan bahwa orang-orang Polandia harus menghindar, sebelum referendum, pada hari pemungutan suara dan segera setelah itu, pertemuan publik bersifat politis.

Polisi Spanyol telah berhari-hari memeriksa perangkat referendum seperti surat suara. Mereka menjalankan perintah pengadilan untuk menghentikan referendum Catalonia karena dianggap inkonstitusional.

Jajak pendapat menunjukkan bahwa warga Catalan terbagi atas masalah kemerdekaan, namun sebagian besar ingin memberikan suara dalam sebuah referendum yang sah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dan eksekutif separatis Catalonia telah berjanji untuk terus maju meski ada larangan Madrid. 





Credit  sindonews.com