Selasa, 17 Oktober 2017

Iran: Israel-Arab Saudi sulut emosi anti-Iran yang dilontarkan Trump


Iran: Israel-Arab Saudi sulut emosi anti-Iran yang dilontarkan Trump
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (REUTERS/Jonathan Ernst)
... rejim Zionis Israel dan beberapa negara seperti Arab Saudi telah memainkan peran besar dalam menulis pidato Trump dan membimbing dia...

Teheran, Iran (CB) - Pidato anti-Iran yang disampaikan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dipengaruhi pelobi dari Israel dan Arab Saudi, kata Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani, Minggu (15/10).

Jelas bahwa rejim Zionis Israel dan beberapa negara seperti Arab Saudi telah memainkan peran besar dalam menulis pidato Trump dan membimbing dia, kata Larijani, yang dikutip Press TV.

Ia mengatakan retorika agresif presiden Amerika Serikat itu bertujuan menyulut keributan dan mencegah kerja sama ekonomi internasional dengan Iran.

Pada Jumat (13/10), presiden Amerika Serikat itu menolak untuk mensahkan kesepakatan nuklir internasional Iran dan menuduh Teheran "menaja terorisme", serta mengatakan ia akan menghalangi "semua jalan Iran ke senjata nuklir".

Kemudian Arab Saudi dan Israel menyambut baik strategi baru tersebut ke arah Iran, yang diumumkan Trump. 
Iran telah berkeras program nuklirnya bertujuan sipil.

Namun pada Minggu, Gedung Putih menyatakan Trump menekankan kemitraan negerinya dengan Arab Saudi dan Dewan Kerja Sama Teluk secara keseluruhan untuk menangkal "kegiatan Iran untuk merusak kestabilan" di wilayah itu.

Dalam percakapan telepon dengan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz As-Saud, Sabtu, Trump berterima kasih atas dukungan Riyadh buat "visinya" mengenai strategi barunya terhadap Iran.

Trump juga "menekankan pentingnya Dewan Kerja Sama Teluk dalam menanggulangi kegiatan Iran yang merusak kestabilan di Suriah, Yaman, Irak, dan tempat lain di wilayah tersebut", tambah Gedung Putih.

Menurut pernyataan Gedung Putih, Raja Arab Saudi memuji strategi Trump mengenai Iran, dan berjanji akan "mendukung kepemimpinan Amerika".

Kedua pemimpin itu juga membahas berbagai cara kedua negara tersebut bisa memerangi kelompok teror dan menanggulangi ekstremisme.

Tindakan Trump untuk tidak mensahkan kesepakatan nuklir Iran takkan membuat Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir tersebut pada saat ini. Tapi itu akan membuka jendela 60-hari bagi Kongres AS untuk memberlakukan kembali sanksi yang berkaitan dengan nuklir atas Iran, langkah yang akan berarti pelanggaran terhadap kesepakatan nuklir oleh pihak AS.

Iran dan enam negara besar --Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, Tiongkok, Jeman-- pada 2015 mencapai kesepakatan nuklir bersejarah-- yang dikecam oleh Trump.

Sebagai reaksi, Presiden Iran Hassan Rouhani meremehkan pernyataan agresif Trump mengenai komitmen Iran pada kesepakatan nuklir internasional 2015 serta program rudal balistik Teheran.



Credit  antaranews.com