Kamis, 16 Juni 2016

Kisah tentang Tim yang Dipimpin Tito Karnavian Saat Mencari Tommy Soeharto


 
 
TRIBUNEWS / HERUDIN Tito Karnavian saat masih menjabat Kapolda Metro Jaya dan berpangkat Inspektur Jenderal, memberikan rilis kasus pembunuhan bocah di dalam kardus, di Polda Metro Jaya, Jakarta, pada Sabtu (10/10/2015).

JAKARTA, CB - Presiden Joko Widodo telah menunjuk Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teror Komisaris Jenderal Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kapolri.
Penunjukan itu dinilai karena sejumlah prestasi, kompetensi, serta pengalaman yang dimiliki Tito.
Tito memang memiliki pengalaman matang selama mengabdi di Korps Bhayangkara. Salah satu kasus yang membuat namanya dikenal publik adalah saat memburu anak bungsu presiden RI kedua Soeharto, Hutomo Mandala Putra. atau Tommy Soeharto.
Saat itu Tito masih menjabat sebagai Kepala Satuan Reserse Umum Polda Metro Jaya dengan pangkat Komisaris Polisi.
Dilansir dari arsip Harian Kompas pada 4 Desember 2001, Tito memimpin Tim Kobra dengan mengandalkan sejumlah penyidik spesialis, terutama dari unit Harta Benda.
Para penyidik yang menjadi anak buah Tito merupakan para profesional yang telah menempuh pendidikan kejuruan reserse.
Setelah itu, mereka pun mendapat pendidikan bintara lanjutan hingga pendidikan perwira lanjutan yang mengarah pada spesialisasi khusus.
Meski memiliki penyidik spesialis, namun perburuan Tommy tidak berlangsung mudah. Apalagi, obyek yang dikejar merupakan anak mantan orang nomor satu di Tanah Air.
Penemuan bunker
Dengan menghilangkan rasa sungkan terhadap keluarga besar Soeharto, para penyidik menelusuri sejumlah lokasi yang diduga menjadi lokasi persembunyian Tommy. Fokus pencarian dilakukan di sekitar Jakarta.
Dikutip dari arsip Harian Kompas pada 15 November 2000, polisi pun mengirim 18 tim untuk melakukan penggerebekan di 18 lokasi pada 14 November 2000.
Sebanyak 206 anggota polisi diturunkan untuk melakukan penggerebakan secara serentak, termasuk di kediaman keluarga besar Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta.
Salah satu target penggerebekan adalah menemukan bunker yang diduga menjadi tempat persembunyian Tommy. Awalnya, pencarian tidak berlangsung dengan mudah.
"Kami sudah cari dengan berbagai cara, termasuk mengangkat karpet- karpet, mengetuk-ngetuk dinding, dan membuka semua lemari, tetapi kami tidak menemukan pintu masuk ke bunker atau ruang bawah tanah," kata Tito Karnavian.

Pencarian bunker itu pun kemudian membuahkan hasil setelah beberapa bulan pencarian. Pada 16 Januari 2001, polisi membongkar lantai rumah Tommy di Jalan Cendana Nomor 12, Jakarta.
Menurut Tito, pembongkaran lantai dilakukan bukan untuk mencari Tommy, namun untuk memastikan ada ruang persembunyian khusus.
Dengan demikian, jika ada pemeriksaan lagi maka pencarian ruang bawah tanah yang diduga jadi tempat persembunyian terpidana tukar guling PT Goro-Bulog itu tidak akan luput dilakukan.
Ruang itu diketahui berukuran 4x4 meter di kedalaman 3 meter. Saat ditemukan polisi, ruangan tampak rapi dan tidak penuh debu. Ada lemari dan kitchen set dalam formasi U di dalamnya.
Periksa pola komunikasi
Bunker ditemukan, namun Tommy belum juga ditemukan. Tim Kobra pun terus melakukan pencarian dan melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah orang yang diduga tahu keberadaan Tommy.
Dilansir dari Harian Kompas pada 29 November 2001, titik terang baru didapat saat polisi menahan salah satu teman Tommy, Hetty Siti Hartika di Apartemen Cemara, Menteng, Jakarta Pusat pada 6 Agustus 2000.
Keterangan tambahan juga didapat saat polisi menangkap tersangka pembunuhan hakim agung Syafiuddin Kartasasmita pada 7 Agustus 2000, yang ketika itu diketahui melibatkan Tommy.
Penyidik berjumlah 25 orang yang dipimpin Tito itu kemudian menemukan jaringan komunikasi orang-orang dekat Tommy. Diketahui, pola komunikasi kerap dilakukan di empat tempat, yakni Menteng, Pondok Indah, Bintaro, dan Pejaten.
Tim Kobra itu kemudian memantau sinyal telepon dan merekam pembicaraan telepon untuk mencari Tommy. Hingga kemudian penelusuran itu membawa polisi ke rumah di Jalan Maleo II Nomor 9, Bintaro Jaya, Tangerang.
Kemudian pada Rabu, 28 November 2001, penggerebekan pun dilakukan untuk menangkap Tommy. Tommy sedang tidur saat ditangkap.
"Tampangnya sangat memelas," kata penyidik.
Penangkapan Tommy dinilai Kapolri saat itu, Jenderal S Bimantoro, sebagai salah satu prestasi Polri. Karena itu 25 anggota Tim Kobra pun mendapat kenaikan satu tingkat.
Tito Karnavian yang saat itu berpangkat Komisaris Polisi pun dinaikkan setingkat menjadi Ajun Komisaris Besar Polisi.
Tidak hanya kenaikan pangkat, penangkapan Tommy pun menjadi salah satu momentum dalam karier Tito Karnavian, hingga akhirnya saat ini ditunjuk menjadi calon tunggal Kapolri.




Credit  KOMPAS.com