Senin, 19 November 2018

Perang AS usai 9/11: Bunuh Setengah Juta Orang, Habiskan Rp86.216 T


Perang AS usai 9/11: Bunuh Setengah Juta Orang, Habiskan Rp86.216 T
Serangan teroris 11 September 2001 terhadap menara kembar World Trade Center. Foto/REUTERS/File Photo

WASHINGTON - Sebagai buntut dari serangan teroris 9/11 (11 September 2001), Amerika Serikat mengobarkan perang di luar negeri yang telah menghabiskan lebih dari USD5,9 triliun atau lebih dari Rp86.217 triliun. Perang itu juga telah membunuh sekitar setengah juta orang.

Data "Costs of War" itu hasil penelitian yang diterbitkan oleh Watson Institute for International and Public Affairs di Rhode Island’s Brown University.

Laporan yang diterbitkan bulan ini, mengungkapkan bahwa sekitar 370.000 orang telah meninggal secara langsung dari kekerasan yang berkaitan dengan perang AS, sedangkan banyak lainnya meninggal akibat kekurangan gizi dan hancurnya infrastruktur.

Menurut hasil riset itu, diperkirakan 250.000 warga sipil tewas dalam perang yang dipimpin Amerika Serikat dan lebih dari 10,1 juta orang mengungsi.

Selain itu, 6.900 personel militer AS, 7.800 kontraktor militer AS, dan lebih dari 110.000 pasukan musuh tewas dalam perang yang dikobarkan AS sejak serangan 9/11.

Angka-angka tersebut tidak memperhitungkan lebih dari setengah juta kematian yang disebabkan oleh perang di Suriah setelah pemerintah AS dan pasukan negara lainnya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Suriah Bashar Al-Assad pada tahun 2011.

Koalisi yang dipimpin AS yang terdiri lebih dari 70 negara telah melakukan operasi militer terhadap kelompok teroris Daesh atau ISIS di Suriah dan Irak sejak September 2014. Operasi mematikan koalisi AS di Suriah tidak diizinkan oleh pemerintah Suriah maupun Dewan Keamanan PBB.

Laporan itu juga menemukan bahwa biaya perang pimpinan AS di Irak, Afghanistan, Pakistan dan Suriah telah merugikan negara lebih dari USD5,9 triliun.

Lembaga yang melakukan riset itu memastikan biaya yang mereka hitung bukan bukan salah ketik. Angka lebih dari USD5,9 triliun memang dihabiskan Amerika Serikat untuk "mengadili" dalam berbagai perang di seluruh dunia sejak tahun 2001.

Menurut laporan itu, jumlah itu jauh berbeda dari perkiraan biaya Pentagon untuk semua perang yang dipimpin AS menyusul serangan 9/11. "Karena tidak hanya mencakup alokasi perang yang dibuat untuk Departemen Pertahanan—pengeluaran di zona perang Irak, Suriah, Afghanistan , Pakistan, dan di tempat lain yang ditetapkan pemerintah sebagai situs 'operasi darurat luar negeri'—, tetapi juga termasuk pengeluaran di seluruh pemerintah federal yang merupakan konsekuensi dari perang ini," bunyi laporn Brown University yang dikutip Sputnik, Minggu (18/11/2018).

Pada Maret 2018, Departemen Pertahanan AS mengklaim bahwa mereka hanya menghabiskan USD1,5 triliun untuk biaya perang terkait sejak 9/11.

Menurut laporan penelitian tersebut, biaya perang telah meningkatkan utang nasional dan defisit anggaran AS.

"Kecuali AS segera membayar kembali uang yang dipinjam untuk perang, juga akan ada pembayaran bunga di masa depan. Kami memperkirakan pembayaran bunga dapat mencapai lebih dari USD7,9 triliun pada 2053," imbuh laporan tersebut.

"Tidak ada strategi untuk mengakhiri perang," kata profesor ilmu politik Neta Crawford, yang menulis dalam laporan itu.

"Fakta bahwa AS terus menghabiskan jumlah besar untuk perang yang, paling tidak di Afghanistan, menemui jalan buntu, dan di Irak dan Suriah, tidak terpecahkan, adalah masalah anggaran jangka panjang yang akan memengaruhi generasi mendatang," katanya. 





Credit  sindonews.com