Senin, 19 November 2018

Jurnalis Hingga Aktivis HAM Rumuskan Isu Palestina


Peserta jalan santai  Walk for Peace and Humanity  mengibarkan bendera merah putih dan palestina  di kawasan car free day (CFD) Jakarta, Ahad (14/10).
Peserta jalan santai Walk for Peace and Humanity mengibarkan bendera merah putih dan palestina di kawasan car free day (CFD) Jakarta, Ahad (14/10).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Sudah lebih dari 70 tahun Palestina berada dalam status dijajah.




CB, ISTANBUL -- Sekitar 800 peserta yang berasal dari 60 negara, seperti dari Eropa, Amerika, Asia, Afrika, dan Timur Tengah berkumpul di Kota Istanbul, Turki. Mereka berasal dari beragam profesi yaitu jurnalis, akademisi, aktivis HAM, mahasiswa, hingga penulis dan produser film.

Sekjen Palestine International Forum for Media and Communication (PIFMC) Hisham Qasem mengungkapkan, sudah lebih dari 70 tahun Palestina berada dalam status dijajah. Mereka hingga kini masih hidup serba kekurangan makanan, obat-obatan, maupun kebebasan sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat karena diisolasi Israel.

"Kami masih hidup dalam penjajahan pada era sejarah modern," kata Hisham Qasem, saat membuka acara Palestine International Forum Tawasul 3, Sabtu (17/11), seperti dilaporkan wartawan Republika.co.id, Nur Hasan Murtiaji dari Kota Istanbul, Turki.

Palestine International Forum kali ini mengambil tema "Palestine Addressing the World". Digelar di Kota Istanbul, Turki, pada Sabtu dan Ahad (17-18/11). Seminar yang disertai lokakarya pelatihan ini diikuti ratusan orang.

Mereka berkumpul untuk berdiskusi dan saling berbagi peran, informasi, dan strategi dalam merumuskan bentuk-bentuk perjuangan baru menggunakan media digital untuk melawan penindasan Zionis Israel. "Kami di Istanbul untuk menyatukan organisasi media bersama-sama meningkatkan kesadaran yang berkesinambungan mengenai perjuangan Palestina," kata Direktur PIMFC Bilal Khalil, dikutip dari Anadolu.

Tujuan besar dari pertemuan ini bahwa perjuangan Palestina merupakan hal yang universal. Oleh karenanya, menyamakan koordinasi dan jaringan di antara media-media profesional global menjadi keniscayaan.

Di akhir acara hari pertama, PIFMC menggelar malam penghargaan media kreatif dengan tema utama perjuangan rakyat Palestina. Ada 400 naskah video, animasi, film pendek berdurasi 10 menit yang masuk ke panitia. Dari sekian hasil karya yang masuk, dipilih 10 besar terbaik.

Di antara pemenang adalah gim yang diberi nama "War Shadow" meraih medali perunggu. Sedangkan, video hasil karya foto jurnalis yang syahid ditembak Israel, Yaser Murtaja, berjudul "Between Two Border Crossing" mendapat medali perak. Hadirin memberikan tepuk tangan meriah saat panitia mengumumkan video Murtaja meraih medali perak.

"Murtaja tewas ditembak penjajah Israel saat militer Zionis itu menyerang Gaza ketika Murtaja memfilmkan momentum Great March of Return pada 6 April 2018," sebut panitia. Medali emas diraih film besutan Dima Abu Ghosh berjudul "Imwes: Retrieving Memories".

Koordinator Filmlab: Palestine Samia Labidi mengungkapkan, para pembuat film di seantero dunia perlu berkoodinasi dalam menyamakan isu mengenai perjuangan Palestina. Narasi yang bagus soal Palestina perlu diwujudkan di antara para pembuat film. "Kita perlu solidaritas dalam membuat sinema. Membuat film yang bagus," kata Samia Labidi.




Credit  republika.co.id