Inggris
tandatangani pemesanan 48 jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Arab
Saudi. Kesepakatan disetujui, meskipun Inggris mengritik sepak terjang
Arab Saudi di Yaman.
Penandatangan "memorandum of intent" diadakan pada hari terakhir lawatan tiga hari Putra Mahkota Mohammad bin Salman di Inggris. "Kunjungan Putra Mahkota membuka babak baru dalam hubungan bersejarah kedua negara." Demikian dikatakan Menteri Pertahanan Inggris Gavin Williamson.
"Kami sudah mengambil langkah penting menuju pemesanan jet tipe Typhoon berikutnya, yang akan meningkatkan keamanan di Timur Tengah, dan mendorong industri serta lapangan kerja di Inggris, di sektor kedirgantaraan," demikian ditambahkan Williamson.
Baca juga: Arab Saudi Taklukkan Rudal yang Diluncurkan Pemberontak Yaman
"Jika disetujui, kesepakatan memalukan ini akan dirayakan di istana di Riyadh, juga oleh semua perusahaan yang akan mendapat keuntungan. Tapi ini akan jadi kehancuran lebih besar lagi bagi rakyat Yaman," demikian dikatakan Andrew Smith dari organisasi Campaign Against Arms Trade.
Human Rights Watch yang mendokumentasikan pemboman target sipil dan infrastruktur di Yaman oleh jet tempur Arab Saudi mengecam kesepakatan penjualan jet dengan Inggris.
"Inggris secara memalukan menjual 48 jet Typhoon saat angkatan udara Arab Saudi terus menghujani Yaman dengan kematian dan kesengsaraan," demikian dikatakan Philippe Bolopion, dari Human Rights Watch lewat jejaring sosial Twitter.
Penandatangan "memorandum of intent" diadakan pada hari terakhir lawatan tiga hari Putra Mahkota Mohammad bin Salman di Inggris. "Kunjungan Putra Mahkota membuka babak baru dalam hubungan bersejarah kedua negara." Demikian dikatakan Menteri Pertahanan Inggris Gavin Williamson.
"Kami sudah mengambil langkah penting menuju pemesanan jet tipe Typhoon berikutnya, yang akan meningkatkan keamanan di Timur Tengah, dan mendorong industri serta lapangan kerja di Inggris, di sektor kedirgantaraan," demikian ditambahkan Williamson.
"Kesepakatan memalukan"
Perusahaan BAE Systems yang bergerak di bidang peralanan militer kemungkinan akan memenuhi pesanan lukratif tersebut, yang sudah didiskusikan sejak beberapa tahun lalu. Koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi telah memerangi pemberontak Houthy di Yaman sejak 2015. Kedua pihak yang bertempur saling menuduh melakukan kejahatan perang.Baca juga: Arab Saudi Taklukkan Rudal yang Diluncurkan Pemberontak Yaman
"Jika disetujui, kesepakatan memalukan ini akan dirayakan di istana di Riyadh, juga oleh semua perusahaan yang akan mendapat keuntungan. Tapi ini akan jadi kehancuran lebih besar lagi bagi rakyat Yaman," demikian dikatakan Andrew Smith dari organisasi Campaign Against Arms Trade.
Human Rights Watch yang mendokumentasikan pemboman target sipil dan infrastruktur di Yaman oleh jet tempur Arab Saudi mengecam kesepakatan penjualan jet dengan Inggris.
"Inggris secara memalukan menjual 48 jet Typhoon saat angkatan udara Arab Saudi terus menghujani Yaman dengan kematian dan kesengsaraan," demikian dikatakan Philippe Bolopion, dari Human Rights Watch lewat jejaring sosial Twitter.
Pengeran memperbaiki citra Arab Saudi
Pangeran Mohammad, yang kemungkinan akan memimpin Arab Saudi selama beberapa dekade setelah ayahnya meninggal dunia, menjalankan upaya memperbaiki citra Arab Saudi, yang selama ini monarki konservatif.Namun perang yang diluncurkannya di Yaman merusak citranya sebagai pelaksana reformasi dan pemimpin yang moderat. Kunjungannya di Inggris diwarnai sejumlah dmonstrasi di jalan-jalan yang memperotes penjualan senjata dari Inggris ke Arab Saudi.
Baca juga: Muhammad bin Salman, Sosok di Balik Modernisasi Saudi
Beberapa pekan lalu Jerman memutuskan menghentikan penjualan senjata ke semua partai yang terlibat perang di Yaman. Itu ditanggapi Arab Saudi dengan pernyataan, mereka akan membeli senjata dari negara lain.
Credit sindonews.com