Seperti dilansir dari Independent, Rabu (17/5), uji coba rudal itu dianggap sebagai cara Kim Jong-un menunjukkan kepada rakyatnya kalau ia berdiri di atas AS dan Korea Selatan. Walau disebut belum mencapai final, uji coba seperti itu seakan menunjukkan program senjata Korut bisa diandalkan.
Uji coba sendiri dilakukan cuma berselang sehari, setelah pelantikan Presiden Korea Selatan yang baru, Moon Jae-in, yang menciptakan kekhawatiran baru tetangganya dan AS.
Sedangkan, Jepang sempat mencatat kalau rudal itu memiliki jarak tempuh sekitar 800 kilometer dan mencapai ketinggian 2.000 kilometer selama setengah jam penerbangannya. Sejumlah analis Korsel yang dihubungi Associated Press menegaskan itu lebih tinggi dan lebih lama dari rudal lain yang pernah diluncurkan Korut.
Media pemerintah Korea Utara mengkonfirmasi perkiraan itu, dan rudal bernama Hwasong-12 ternyata bisa terbang setinggi 2.111 kilometer sebelum mendarat dengan jarak tempuh 787 kilometer dari lokasi peluncuran. Korut berdalih peluncuran ke sudut tinggi dimaksudkan demi menghindari negara-negara tetangga.
Analis memperkirakan, jika diluncurkan pada sudut normal, rudal itu bisa terbang lebih jauh dengan kiraan antara 4.000-7.000 kilometer, atau mampu mencapai Alaska dan Hawaii. "Ini adalah perkembangan yang sangat tidak nyaman untuk AS," kata Lee Illwoo, pengamat militer dari Seoul.
Walau tidak bisa dikonfirmasi secara independen, Korut mengklaim rudal itu bisa membawa hulu ledak nuklir berat, dengan sistem peluruhan dan peledakan telah disempurnakan. Namun, ahli-ahli meyakini hulu ledak untuk rudal jarak jauh yang mampu menyerang AS jadi teknologi yang masih harus dikuasai Korea Utara.
Credit REPUBLIKA.CO.ID