PT Len Industri kini tengah melakukan pengembangan combat data link system
untuk mendukung misi intai strategis Skadron Udara 5. Pengembangan
sistem tersebut akan memberikan layanan jaringan nasional, sehingga
dapat mengirimkan data secara real time ke operator yang ada di darat.
“Seperti yang dijelaskan oleh Kadispenau, jadi kita ada national network, kita juga punya combat data link system yang sedang dikembangkan oleh PT LEN. Sehingga data-data maupun foto-foto yang kami dapat selama pelaksanaan operasi itu bisa kami transfer ke darat secara real time,” terang Komandan Skadron Udara 5, Letkol Pnb Akal Juang, kepada Angkasa, Rabu (29/3/2017) lalu.
Dengan adanya sistem tersebut, data-data yang di dapat saat melakukan operasi pengintaian dan pengamatan dapat diolah dan dianalisa oleh pihak berwenang yang ada di darat untuk kemudian diambil tindakan, dalam hal ini TNI Angkatan Laut melalui Koarmatim ataupun Koarmabar. Semantara wilayah yang menjadi cakupan operasi Skadron Udara 5 yakni meliputi Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, ALKI II, ALKI III dan wilayah pulau Ambalat.
Indonesia memiliki wilayah laut yang begitu luas, sehingga cukup
memakan waktu bagi TNI AL untuk melakukan patroli. Untuk itu, Skadron
Udara 5 pun memikul tugas operasi untuk membantu patroli wilayah maritim
Indonesia yang begitu luas untuk membantu dan mendukung pelaksanaan
tugas pengintaian dan pengamatan yang dilakukan TNI AL.
“Kalau kami hanya melaporkan pengamatan di alur laut tersebut, kalau ada hal-hal mencurigakan, kapal-kapal mencurigakan, kami berkoordinasi dengan Armatim ataupun Armabar, sesuai dengan alur laut mana yang kami laksanakan operasi. Mereka akan menentukan tindakannya menggunakan kapal-kapal yang mereka miliki. Kami hanya bisa deteksi kapal-kapal yang tidak teridentifikasi saja,” jelas sang komandan.
Berdasarkan penuturannya, di selat Malaka, penemuan target
kapal-kapal yang belum teridentifikasi relatif lebih banyak ketimbang
daerah lainnya. “Kalau jumlahnya memang relatif lebih banyak di ALKI II
maupun ALKI III. Itu kapal-kapal yang kadang tidak teregister ditempat
kami, tapi kami konfirmasi ke darat,” papar Akal.
Ketika dari rekan-rekan memverifikasi hal tersebut, lanjut Akal, Skadron Udara 5 kemudian menyerahkan kepada TNI AL untuk tahap penindakannya. “Kami hanya menyampaikan data-data yang ada secara pengamatan kami dari udara,” tegasnya.
Di wilayah selat Malaka banyak ditemukan target-target kapal belum
teridentifikasi oleh Skadron Udara 5 dikarenakan wilayahnya rata-rata
dekat dengan darat. Hal tersebut membuat sinyal dari kapal-kapal itu
lebih mudah terdeteksi.
“Seperti yang dijelaskan oleh Kadispenau, jadi kita ada national network, kita juga punya combat data link system yang sedang dikembangkan oleh PT LEN. Sehingga data-data maupun foto-foto yang kami dapat selama pelaksanaan operasi itu bisa kami transfer ke darat secara real time,” terang Komandan Skadron Udara 5, Letkol Pnb Akal Juang, kepada Angkasa, Rabu (29/3/2017) lalu.
Dengan adanya sistem tersebut, data-data yang di dapat saat melakukan operasi pengintaian dan pengamatan dapat diolah dan dianalisa oleh pihak berwenang yang ada di darat untuk kemudian diambil tindakan, dalam hal ini TNI Angkatan Laut melalui Koarmatim ataupun Koarmabar. Semantara wilayah yang menjadi cakupan operasi Skadron Udara 5 yakni meliputi Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, ALKI II, ALKI III dan wilayah pulau Ambalat.
“Kalau kami hanya melaporkan pengamatan di alur laut tersebut, kalau ada hal-hal mencurigakan, kapal-kapal mencurigakan, kami berkoordinasi dengan Armatim ataupun Armabar, sesuai dengan alur laut mana yang kami laksanakan operasi. Mereka akan menentukan tindakannya menggunakan kapal-kapal yang mereka miliki. Kami hanya bisa deteksi kapal-kapal yang tidak teridentifikasi saja,” jelas sang komandan.
Ketika dari rekan-rekan memverifikasi hal tersebut, lanjut Akal, Skadron Udara 5 kemudian menyerahkan kepada TNI AL untuk tahap penindakannya. “Kami hanya menyampaikan data-data yang ada secara pengamatan kami dari udara,” tegasnya.
Credit angkasa.grid.id