Ilustrasi. (Thinkstock/A_Taiga)
Jakarta, CB --
Harvey Kenyon-Cairns, seorang bayi yang masih
berumur tiga bulan, diduga teroris dan terpaksa dipanggil
untuk dinterogasi Kedutaan Besar Amerika Serikat di London, akibat
kekeliruan kakeknya saat mengisi formulir visa.
Rencana Harvey untuk melakukan penerbangan perdananya menuju ke Florida, AS, pun pupus karena kakeknya, Paul Kenyon, mencentang kolom "ya" pada pertanyaan mengenai keterlibatan dalam kegiatan teror, sabotase, dan spionase, pada formulir visanya.
"Saya menyadari ini ketika visa cucu saya ditolak. Saya tidak habis pikir, mereka [pihak kedutaan] tidak bisa melihat ini adalah kesalahan yang tidak disengaja. Bayi berumur tiga bulan tidak akan membahayakan siapa pun," tutur pria berusia 62 tahun itu, Senin (17/4).
Kenyon pun mengatakan, kolom itu sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Pasalnya, teroris pun tidak akan mengaku saat sedang mengisi formulir visa.
"Jika Anda seorang teroris pun, saya tidak berpikir Anda akan mengakuinya dan mencentang pilihan 'ya' dalam formulir itu, bukan?" katanya.
Akibat kejadian ini, keluarga Harvey mengalami kerugian hingga US$3.750 atau setara Rp49,7 juta karena tidak bisa menggunakan tiket pesawat yang sudah terlanjur dibeli.
"Ini kesalahan yang sangat mahal. Kami harap kedutaan AS akan sadar bahwa ini kesalahan sederhana tanpa harus membuat kami mengalami semua rintangan ini," katanya, sebagaimana dikutip The Guardian.
Rencana Harvey untuk melakukan penerbangan perdananya menuju ke Florida, AS, pun pupus karena kakeknya, Paul Kenyon, mencentang kolom "ya" pada pertanyaan mengenai keterlibatan dalam kegiatan teror, sabotase, dan spionase, pada formulir visanya.
"Saya menyadari ini ketika visa cucu saya ditolak. Saya tidak habis pikir, mereka [pihak kedutaan] tidak bisa melihat ini adalah kesalahan yang tidak disengaja. Bayi berumur tiga bulan tidak akan membahayakan siapa pun," tutur pria berusia 62 tahun itu, Senin (17/4).
Kenyon pun mengatakan, kolom itu sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Pasalnya, teroris pun tidak akan mengaku saat sedang mengisi formulir visa.
"Jika Anda seorang teroris pun, saya tidak berpikir Anda akan mengakuinya dan mencentang pilihan 'ya' dalam formulir itu, bukan?" katanya.
Akibat kejadian ini, keluarga Harvey mengalami kerugian hingga US$3.750 atau setara Rp49,7 juta karena tidak bisa menggunakan tiket pesawat yang sudah terlanjur dibeli.
"Ini kesalahan yang sangat mahal. Kami harap kedutaan AS akan sadar bahwa ini kesalahan sederhana tanpa harus membuat kami mengalami semua rintangan ini," katanya, sebagaimana dikutip The Guardian.
Credit CNN Indonesia