WASHINGTON
- Sebuah laporan singkat dideklasifikasi dari intelijen Gedung Putih
tidak bisa membuktikan adanya serangan senjata kimia di Khan Sheikhoun,
Idlib, yang dituduhkan terhadap pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Seorang profesor Amerika Serikat (AS) yang mempelajari laporan itu
menyatakan bahwa tuduhan serangan senjata kimia oleh rezim Suriah palsu
atau hoax.
Profesor yang mempelajari laporan intelijen AS itu adalah Theodore Postol dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Profesor ini pada 2013 juga menentang klaim serangan kimia di Suriah.
Intelijen AS merilis laporan singkatnya pada hari Selasa lalu. Meski tak ada pernyataan bukti rezim Suriah melakukan serangan senjata kimia, tapi pemerintah Presiden Donald Trump tetap menuduh pasukan Assad menjatuhkan bom gas sarin terhadap warga sipil di Khan Sheikhoun, yang dikuasai pemberontak Suriah.
“Laporan berisi tidak ada bukti sama sekali bahwa serangan ini adalah hasil dari mesiu yang dijatuhkan dari pesawat terbang,” tulis Postol, yang mengkaji laporan 14 halaman yang diberikan kepada Russia Today.
”Saya percaya itu dapat ditunjukkan, tanpa diragukan lagi, bahwa dokumen itu tidak menyediakan bukti apapun bahwa pemerintah AS memiliki pengetahuan yang konkret bahwa pemerintah Suriah adalah sumber dari serangan kimia di Khan Sheikhun,” lanjut Postol.
”Saya hanya punya beberapa jam untuk segera meninjau laporan intelijen Gedung Putih. Tapi secara teliti cepat menunjukkan tanpa banyak analisis bahwa laporan ini tidak menjadi benar,” tulis Postol, yang dilansir Kamis (13/4/2017).
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladmir Putin, juga meragukan tuduhan AS terhadap sekutunya itu. Putin menilai rezim Suriah dirancang untuk dituduh melakukan serangan senjata kimia sehingga Washington merasa berhak meluncurkan serangan rudal-rudal jelajah Tomahawk terhadap pangkalan udara Suriah di Shayrat, Homs.
Meski demikian, Menteri Pertahanan AS James Mattis kepada wartawan di Pentagon pada hari Selasa tetap yakin, rezim Assad sebagai pelaku serangan senjata kimia yang menurut laporan telah membunuh hingga 80 orang, termasuk bocah-bocah tak bersalah.
”Hal ini sangat jelas ada yang merencanakan serangan ini, yang berwenang yang melakukan serangan ini sendiri,” kata Mattis mengacu pada rezim Suriah.
Profesor yang mempelajari laporan intelijen AS itu adalah Theodore Postol dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Profesor ini pada 2013 juga menentang klaim serangan kimia di Suriah.
Intelijen AS merilis laporan singkatnya pada hari Selasa lalu. Meski tak ada pernyataan bukti rezim Suriah melakukan serangan senjata kimia, tapi pemerintah Presiden Donald Trump tetap menuduh pasukan Assad menjatuhkan bom gas sarin terhadap warga sipil di Khan Sheikhoun, yang dikuasai pemberontak Suriah.
“Laporan berisi tidak ada bukti sama sekali bahwa serangan ini adalah hasil dari mesiu yang dijatuhkan dari pesawat terbang,” tulis Postol, yang mengkaji laporan 14 halaman yang diberikan kepada Russia Today.
”Saya percaya itu dapat ditunjukkan, tanpa diragukan lagi, bahwa dokumen itu tidak menyediakan bukti apapun bahwa pemerintah AS memiliki pengetahuan yang konkret bahwa pemerintah Suriah adalah sumber dari serangan kimia di Khan Sheikhun,” lanjut Postol.
”Saya hanya punya beberapa jam untuk segera meninjau laporan intelijen Gedung Putih. Tapi secara teliti cepat menunjukkan tanpa banyak analisis bahwa laporan ini tidak menjadi benar,” tulis Postol, yang dilansir Kamis (13/4/2017).
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladmir Putin, juga meragukan tuduhan AS terhadap sekutunya itu. Putin menilai rezim Suriah dirancang untuk dituduh melakukan serangan senjata kimia sehingga Washington merasa berhak meluncurkan serangan rudal-rudal jelajah Tomahawk terhadap pangkalan udara Suriah di Shayrat, Homs.
Meski demikian, Menteri Pertahanan AS James Mattis kepada wartawan di Pentagon pada hari Selasa tetap yakin, rezim Assad sebagai pelaku serangan senjata kimia yang menurut laporan telah membunuh hingga 80 orang, termasuk bocah-bocah tak bersalah.
”Hal ini sangat jelas ada yang merencanakan serangan ini, yang berwenang yang melakukan serangan ini sendiri,” kata Mattis mengacu pada rezim Suriah.
Credit sindonews.com