Putin menyebut hubungan AS-Rusia semakin buruk di bawah kepimpinan Trump. (Foto: REUTERS/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CB
--
Presiden Vladimir Putin mengatakan, hubungan Rusia
dan Amerika Serikat nampaknya telah memburuk di bawah kepemimpinan
Presiden Donald Trump, menyusul ketegangan Washington dan Moskow
mengenai serangan AS ke Suriah dan dugaan penggunaan senjata kimia oleh
pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
"Saya menganggap tingkat kepercayaan AS-Rusia, khususnya pada sisi militer, tidaklah membaik, justru memburuk," tutur Putin dalam wawancara di sebuah televisi di Moskow, Rabu (12/4).
Komentar ini diutarakan Putin bersamaan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson ke Moskow untuk bertemu Menlu Rusia Sergei Lavrov.
Washington dan Moskow sedang berupaya mencari kejelasan dari masing-masing pemerintahan, khususnya setelah insiden senjata kimia di Suriah terjadi pada Selasa pekan lalu.
Di tangan Trump, hubungan Moskow dan Washington sebelumnya diprediksi akan membaik. Namun, yang terjadi kebalikannya, Rusia-AS kian bersitegang menyusul serangan unilateral AS ke Suriah yang dianggap Assad sebagai tindakan bodoh dan tidak bertanggung jawab.
AS menyalahkan Assad, sekutu dekat Rusia, dalam serangan kimia yang menewaskan sedikitnya 80 orang di salah satu wilayah kekuasaan pemberontak di Kota Khan Sheikhun itu. Sebagai respons, Washington meluncurkan puluhan rudal Tomahawk ke pangkalan militer Suriah di Homs.
Sejak itu, perang mulut antar Kremlin dan Gedung Putih terus terjadi. Putin geram dan menolak tuduhan bahwa Assad bertanggung jawab atas insiden gas beracun terparah sejak 2013 silam ini.
Putin bahkan menganggap, aksi militer AS di Suriah itu telah melanggar hukum internasional.
Dalam kunjungan ke Moskow hari ini, Tillerson akan meminta Rusia menghentikan dukungannya untuk Assad dan Iran, serta memindahkan loyalitas pada Barat dan Arab, untuk mencari solusi politik yang lebih baik bagi Suriah.
Tillerson adalah menteri kabinet pertama yang mengunjungi Moskow sejak Donald Trump menjabat.
Tujuan awal lawatan mantan bos ExxonMobil ini adalah menjalin kerjasama antiteroris dengan Moskow. Namun, saat ini hubungan kedua negara justu tengah merenggang, menyusul serbuan mendadak AS ke Suriah, yang merupakan sekutu dekat Rusia.
Sementara itu, Kremlin menganggap wacana penggulingan Assad yang terus digaungkan negara Barat selama ini merupakan "solusi yang tidak masuk akal".
"Saya menganggap tingkat kepercayaan AS-Rusia, khususnya pada sisi militer, tidaklah membaik, justru memburuk," tutur Putin dalam wawancara di sebuah televisi di Moskow, Rabu (12/4).
Komentar ini diutarakan Putin bersamaan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson ke Moskow untuk bertemu Menlu Rusia Sergei Lavrov.
Washington dan Moskow sedang berupaya mencari kejelasan dari masing-masing pemerintahan, khususnya setelah insiden senjata kimia di Suriah terjadi pada Selasa pekan lalu.
Di tangan Trump, hubungan Moskow dan Washington sebelumnya diprediksi akan membaik. Namun, yang terjadi kebalikannya, Rusia-AS kian bersitegang menyusul serangan unilateral AS ke Suriah yang dianggap Assad sebagai tindakan bodoh dan tidak bertanggung jawab.
AS menyalahkan Assad, sekutu dekat Rusia, dalam serangan kimia yang menewaskan sedikitnya 80 orang di salah satu wilayah kekuasaan pemberontak di Kota Khan Sheikhun itu. Sebagai respons, Washington meluncurkan puluhan rudal Tomahawk ke pangkalan militer Suriah di Homs.
Sejak itu, perang mulut antar Kremlin dan Gedung Putih terus terjadi. Putin geram dan menolak tuduhan bahwa Assad bertanggung jawab atas insiden gas beracun terparah sejak 2013 silam ini.
Putin bahkan menganggap, aksi militer AS di Suriah itu telah melanggar hukum internasional.
Dalam kunjungan ke Moskow hari ini, Tillerson akan meminta Rusia menghentikan dukungannya untuk Assad dan Iran, serta memindahkan loyalitas pada Barat dan Arab, untuk mencari solusi politik yang lebih baik bagi Suriah.
Tillerson adalah menteri kabinet pertama yang mengunjungi Moskow sejak Donald Trump menjabat.
Tujuan awal lawatan mantan bos ExxonMobil ini adalah menjalin kerjasama antiteroris dengan Moskow. Namun, saat ini hubungan kedua negara justu tengah merenggang, menyusul serbuan mendadak AS ke Suriah, yang merupakan sekutu dekat Rusia.
Sementara itu, Kremlin menganggap wacana penggulingan Assad yang terus digaungkan negara Barat selama ini merupakan "solusi yang tidak masuk akal".
Credit cnnindonesia.com