Stockholm (CB) - Denmark pada Senin (24/4) mengecam
perilaku "agresif" Moskow setelah sebuah laporan menuduh peretas Rusia
membobol akun surel Kementerian Pertahanannya.
"Ini bagian dari perang berkelanjutan pihak Rusia di bidang ini, tempat kita melihat perilaku Rusia yang sangat agresif," kata Menteri Pertahanan Claus Hjort Frederiksen kepada kantor berita Denmark, Ritzau.
Sebuah laporan yang dipublikasikan Minggu oleh Pusat Keamanan Siber menuding sekelompok peretas pro-Kremlin membobol surel-surel pegawai Kementerian Pertahanan pada 2015 -2016.
"Surel-surel yang diretas tidak memuat rahasia militer, tapi itu tentu saja serius," kata Frederiksen sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Laporan tersebut mengidentifikasi kelompok peretas sebagai APT28, yang juga dikenal sebagai Pawn Storm, Sofacy dan Fancy Bears, yang berkaitan dengan pemerintah dan dinas keamanan Rusia dan sebelumnya ditetapkan oleh FBI dan Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat sebagai otak di balik "aktivitas siber jahat" terhadap lembaga-lembaga pemerintah Amerika Serikat.
Kelompok itu juga diyakini sebagai dalang di balik serangan siber tingkat tinggi lainnya.
Di Denmark, Pusat Keamanan Siber mengatakan awal tahun ini bahwa ancaman terhadap otoritas dan perusahaan Denmark masih "sangat tinggi".
"Ini bagian dari perang berkelanjutan pihak Rusia di bidang ini, tempat kita melihat perilaku Rusia yang sangat agresif," kata Menteri Pertahanan Claus Hjort Frederiksen kepada kantor berita Denmark, Ritzau.
Sebuah laporan yang dipublikasikan Minggu oleh Pusat Keamanan Siber menuding sekelompok peretas pro-Kremlin membobol surel-surel pegawai Kementerian Pertahanan pada 2015 -2016.
"Surel-surel yang diretas tidak memuat rahasia militer, tapi itu tentu saja serius," kata Frederiksen sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Laporan tersebut mengidentifikasi kelompok peretas sebagai APT28, yang juga dikenal sebagai Pawn Storm, Sofacy dan Fancy Bears, yang berkaitan dengan pemerintah dan dinas keamanan Rusia dan sebelumnya ditetapkan oleh FBI dan Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat sebagai otak di balik "aktivitas siber jahat" terhadap lembaga-lembaga pemerintah Amerika Serikat.
Kelompok itu juga diyakini sebagai dalang di balik serangan siber tingkat tinggi lainnya.
Di Denmark, Pusat Keamanan Siber mengatakan awal tahun ini bahwa ancaman terhadap otoritas dan perusahaan Denmark masih "sangat tinggi".
Credit antaranews.com
Rusia Bantah Bobol Situs Militer Denmark
MOSKOW - Pemerintah
Rusia membantah pihaknya membobol situs militer Denmark. Ini merupakan
respon atas laporan media Denmark, yang mengutip seorang pejabat militer
mengenai serangan cyber tersebut.
Moskow menegaskan, Rusia tidak pernah melakukan serangan cyber, baik terhadap Denmark ataupun terhadap negara manapun di seluruh dunia. "Rusia sebagai negara tidak melakukan serangan (cyber)," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov seperti dilansir Reuters pada Senin (24/4).
Di kesempatan yang sama, Peskov juga membantah Moskow telah turut campur dalam pemilihan umum di Prancis. Dia menegaskan, pihaknya tidak mengambil sikap, dan tidak turut campur dalam pemilihan tersebut.
"Itu adalah tuduhan yang sangat primitif dan salah. Rusia tidak berpihak pada salah satu sisi dalam pemilihan di Prancis," ungkap Peskov saat menggelar konferensi pers di Moskow.
Ini bukan pertama kali Rusia dituding melakukan serangan cyber, atau turut campur dalam pemilu di negara lain. Sebelumnya, Rusia dituding turut campur dalam pemilu di Amerika Serikat (AS), dimana Donald Trump menjadi pemenangnya.
Namun, sejauh ini belum bukti kuat pemerintah Rusia terlibat dalam serangkaian serangan di dunia maya tersebut.
Moskow menegaskan, Rusia tidak pernah melakukan serangan cyber, baik terhadap Denmark ataupun terhadap negara manapun di seluruh dunia. "Rusia sebagai negara tidak melakukan serangan (cyber)," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov seperti dilansir Reuters pada Senin (24/4).
Di kesempatan yang sama, Peskov juga membantah Moskow telah turut campur dalam pemilihan umum di Prancis. Dia menegaskan, pihaknya tidak mengambil sikap, dan tidak turut campur dalam pemilihan tersebut.
"Itu adalah tuduhan yang sangat primitif dan salah. Rusia tidak berpihak pada salah satu sisi dalam pemilihan di Prancis," ungkap Peskov saat menggelar konferensi pers di Moskow.
Ini bukan pertama kali Rusia dituding melakukan serangan cyber, atau turut campur dalam pemilu di negara lain. Sebelumnya, Rusia dituding turut campur dalam pemilu di Amerika Serikat (AS), dimana Donald Trump menjadi pemenangnya.
Namun, sejauh ini belum bukti kuat pemerintah Rusia terlibat dalam serangkaian serangan di dunia maya tersebut.
Credit sindonews.com