Pada tahun 1969, Singapura memamerkan tank-tank AMX-13 yang dibeli secara rahasia dari Israel dalam Parade National Day. Sempat terjadi kehebohan terutama dari Malaysia yang intelijennya gagal mengendus kehadiran tank-tank tersebut.
Dengan mengoperasikan AMX-13, Singapura menjadi negara kedua setelah Indonesia di Asia Tenggara yang mengoperasikan tank paling modern di masanya.
AMX-13 menjadi tulang punggung lapis baja Singapura selama dua dekade, hingga para perencana militer Singapura tiba di persimpangan jalan pada awal 1980-an.
Mereka hendak membeli tank yang lebih baru dan modern, tetapi khawatir kalau negara tetangganya akan bereaksi keras. Uang ada, masalahnya tidak ada yang mau menjual kepada Singapura secara terbuka.
Akhirnya keputusan pun diambil untuk meningkatkan kemampuan tank AMX-13 melalui sejumlah modifikasi.
Sebuah tank dikatakan unggul bila memiliki daya gebuk, daya gerak, dan proteksi yang mumpuni. Karena saat itu dipandang bahwa teknologi kendaraan tempur bergerak ke arah peningkatan proteksi, maka AMX-13 juga harus meningkatkan kemampuan gebuknya supaya masih bisa menandingi lawan.
Pada 1984 Kementerian Pertahanan Singapura membentuk tim bersama SAE (Singapore Automotive Engineering, cikal bakal ST Kinetics) untuk mengerjakan penyempurnaan AMX-13. Hasil studi tim ini terwujud dalam Project Archer untuk meningkatkan kemampuan gerak tank dan mobilitasnya, serta Project Spider untuk meningkatkan kemampuan hantam AMX-13.
AMX-13 versi dasar dilengkapi dengan meriam CN75-50 kaliber 75 mm, yang diadopsi dari meriam 7,5 cm Kwk 42 (L/70). Meriam ini merupakan meriam tank Panther dalam Perang Dunia II. Meriam ini memiliki kemampuan melontarkan munisi HE dan HEAT yang oleh Perancis disebut POT dan PCOT.
Meriam AMX-13 mampu melontarkan proyektil dengan kecepatan yang sangat tinggi, mencapai 1.000 m/detik. Sayangnya, meriam tidak punya amunisi pembunuh tank yang mumpuni.
Amunisi yang dibutuhkan adalah APFSDS (Armor Piercing Fin Stabilised Discarding Sabot) dengan penetrator yang mampu menembus kulit baja yang keras. Nah, program Spider dimaksudkan untuk mengembangkan amunisi tersebut, karena tidak ada satupun pabrik di dunia yang mengembangkannya.
Proses studi dan riset dilakukan secara rahasia, karena teknologinya tak boleh jatuh ke negara lain yang juga menggunakan AMX-13. Salah satu persyaratan yang cukup sulit dan menantang adalah bahwa AMX-13 yang akan menggunakan amunisi APFSDS tidak perlu dimodifikasi. Ini adalah tantangan sulit karena muzzle brake pada AMX-13 berbentuk T, padahal kelopak sabot dari munisi akan terlepas dan terlempar begitu seluruh penetrator keluar dari laras. Bentuk muzzle brake yang tidak tepat bisa menghambat proses pelepasan kelopak sabot dan akan merusak laras.
Para desainer SAE juga menemukan tantangan besar lainnya. Penetrator APFSDS harus dapat menjebol RHA (Rolled Homogeneous Armor) setebal 240 mm pada jarak 1.200 m. Ini mendekati performa munisi 105 mm dari tank Centurion generasi awal.
Proses pengembangannya juga tidak mudah. Banyak penetrator yang justru patah pada titik impak di masa awal percobaan, dan malah meleleh dan menempel ke pelat baja RHA yang dijadikan sasaran tembak.
Untungnya, beberapa enjinir dikirim ke sejumlah seminar dimana mereka mendapati bahwa faktor primer memegang peranan penting untuk memantik propelan. Propelan munisi APFSDS tidak bisa dipantik dari arah bawah seperti munisi konvensional. Ia harus terbakar merata dari arah tengah agar tidak menimbulkan tekanan berlebih bagi batang penetrator pada saat detonasi awal.
Akhirnya, para perancang SAE kembali ke meja desain dan menciptakan primer berbentuk silinder yang menyalakan propelan dari arah tengah. Begitu munisi desain baru tersebut diuji, hasipnya pun memuaskan.
Munisi 75 mm APFSDS-T (T untuk Tracer) akhirnya dijadikan standar munisi untuk AMX-13SM1 (Singapore Modification 1). Setiap awak AMX-13SM1 dilarang keras untuk memotret keberadaan amunisi yang sering disebut amunisi Spider tersebut.
Dari sisi luar, tidak banyak kelihatan perubahan untuk tank ringan milik Singapura ini sehingga tidak memantik kekhawatiran negara-negara tetangg. Padahal tidak ada yang tahu, kalau taring AMX-13SM1 ini sudah terasah sangat tajam.
Credit angkasa.grid.id