Sejumlah negara mengecam tindakan AS yang
membuka Kedubes di Yerusalem pada Senin (14/5), di antaranya Inggris,
Perancis, Turki, Rusia, Iran, Maroko dan Mesir. (Foto: REUTERS/Ronen
Zvulun)
Jakarta, CB -- Tindakan Amerika Serikat
membuka Kedutaan Besar di Yerusalem menuai banyak kecaman. Tak hanya
dari negara yang berseberangan dengan AS, tapi juga termasuk teman atau
sekutunya.
Tindakan AS membuka kedutaannya di kota Yerusalem
yang saat ini masih bersengketa dinilai akan menyulut ketegangan di
Timur Tengah.
Sekutu utama AS, Inggris seperti dikutip dari AFP,
mengulangi keberatannya akan tindakan AS tersebut. Sementara pembicara
parlemen Iran, Ali Larijani mengatakan tindakan Presiden AS Donald Trump
tersebut "lemah" dan menunjukkan akan "ketidakmampuan mengevaluasi
konsekuensi jangka panjang dari tindakannya".
"Tindakan tersebut akan meningkatkan ketegangan dan ketidakamanan di dunia," kata Ali Larijani menambahkan.
Pemindahan
Kedubes AS secara resmi di Yerusalem pada Senin (14/5) turut dihadiri
putri Trump, Ivanka dan suaminya Jared Kushner. Mereka datang setelah
pasukan Israel menghentikan protes atas langkah orang Palestina di
perbatasan Gaza dengan Israel, yang menewaskan puluhan warga sipil.
"Kami
tidak setuju dengan keputusan AS untuk memindahkan kedutaannya ke
Yerusalem dan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sebelum
perjanjian status final," kata juru bicara Perdana Menteri Inggris
Theresa May.
"Kedutaan Inggris di Israel bermarkas di Tel Aviv, dan kami tidak punya rencana untuk memindahkannya."
Merujuk pada perjanjian perdamaian Oslo 1993 oleh Presiden AS (saat
itu Bill Clinton), status Yerusalem, termasuk apakah Yerusalem Timur
akan menjadi ibu kota negara Palestina, akan disepakati dalam negosiasi
masa depan.
Pernyataan Inggris itu menambahkan bahwa London tidak
memiliki "rencana" untuk memindahkan misinya dari Tel Aviv ke
Yerusalem, yang suci bagi tiga agama besar dunia.
Sementara
itu, Perancis juga mengungkapkan mereka menentang langkah AS, karena
sejalan dengan banyak kecaman lainnya bahwa tindakan itu melanggar hukum
internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Presiden Turki
Recep Tayyip Erdogan, selama kunjungan ke London, mengecam apa yang
disebutnya sebagai tindakan yang "sangat, sangat disayangkan". Ia
mengatakan bahwa itu telah melucuti AS dari perannya sebagai mediator
dalam proses perdamaian Timur Tengah.
- AS sekarang 'bagian dari masalah' -"Dengan
langkah terakhirnya, Amerika telah memilih untuk menjadi bagian dari
masalah, bukan solusi, dan kehilangan peran mediatornya dalam proses
perdamaian Timur Tengah," kata Erdogan kepada
think tank urusan internasional Chatham House.
"Keputusan ini ... akan meningkatkan ketegangan dan menyulut api yang bahkan lebih besar di antara masyarakat," kata Erdogan.
Sementara,
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menegaskan keberatan Moskow
untuk tindakan AS. Mereka mengatakan: "Kami sangat yakin bahwa tidak
pantas untuk secara sepihak merevisi keputusan masyarakat internasional
dengan cara ini."
Lavrov, berbicara di Moskow setelah bertemu
dengan menteri pertahanan Rusia dan rekan-rekan Mesir, mengingatkan
bahwa Rusia "beberapa kali menawarkan platform" untuk pembicaraan
tentang status Yerusalem.
Raja Maroko, Mohammed VI menulis dalam sebuah surat kepada pemimpin
Palestina Mahmoud Abbas bahwa dia "memantau dengan keprihatinan"
pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, kantor berita MAP
melaporkan.
Meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik dengan
Israel, Raja Maroko mengepalai Komite Al-Quds, Organisasi Kerjasama
Islam yang beranggotakan 57 negara, yang melobi isu-isu terkait
Jerusalem.
Seperti langkah Menteri Luar Negeri Belgia Didier Reynders, raja Maroko mengecam keputusan "sepihak" Washington.
Deretan
negara yang mengecam tindakan AS juga diikuti Kementerian luar negeri
Mesir. Dalam sebuah pernyataannya mereka menyampaikan "penolakan keras"
terhadap penggunaan kekuatan Israel terhadap warga sipil Palestina.
Kairo "sepenuhnya mendukung hak-hak sah rakyat Palestina, dan pertama
dan terutama haknya untuk negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai
modal."
Credit
cnnindonesia.com